logo web

Sinopsis & Review Home Sweet Loan, Kisah Generasi Roti Lapis

Ditulis oleh Sera Serinda A
Home Sweet Loan
4.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Fenomena Generasi Roti Lapis (Sandwich Generation) merujuk pada orang dewasa yang harus mengurus kehidupan orang tua sekaligus anak-anak mereka. Mereka terhimpit oleh tanggung jawab merawat generasi di atas maupun di bawah mereka. Di sisi lain, generasi ini tetap harus mengurus diri sendiri, sehingga rasanya mustahil bagi mereka untuk bisa bebas sepenuhnya secara finansial.

Inilah yang menjadi tema utama Home Sweet Loan, novel karya Almira Bestari. Seperti apa kisah ini akan diwujudkan dalam bentuk film oleh Sabrina Rochelle Kalangie? Simak sinopsis dan ulasan berikut untuk mengetahui jawabannya!

Sinopsis

review Home Sweet Loan_2_

Hidup sebagai Budak Korporat dari keluarga kelas menengah sudah menjadi keseharian Kaluna. Ia selalu berhemat dengan menaiki transportasi umum, membawa bekal dari rumah, hingga mengambil pekerjaan sampingan sebagai model produk perona bibir demi bisa menabung lebih banyak. Semua ini ia lakukan untuk mewujudkan impiannya membeli rumah.

Namun, pencariannya untuk menemukan tempat tinggal yang layak tidaklah mudah. Ketika melakukan survei bersama teman-teman kantornya, Kaluna sering kali menemukan kondisi rumah yang tidak memadai. Mulai dari rumah yang sempit, tempat bersarangnya ular, bersebelahan dengan pemakaman, hingga rumah bekas korban mutilasi.

Tidak hanya itu, perjalanan mengumpulkan uang juga penuh tantangan, terutama dengan kondisi keluarganya yang sekarang. Setelah kedua kakaknya memutuskan untuk pindah kembali ke rumah orang tua mereka, Kaluna, sebagai anak bungsu, merasa tidak punya ruang untuk dirinya sendiri.

Kehidupan keluarga kakak perempuannya, Kamala, serba pas-pasan setelah ia dan suaminya mengalami kerugian besar akibat developer apartemen yang mereka beli ternyata penipu. Kehidupan kakak kedua Kaluna, Kanendra, juga tidak jauh berbeda.

Dengan banyaknya cicilan, mengumpulkan uang untuk membeli sebidang tanah pun sulit bagi Kanendra. Karena itu, baik Kamala maupun Kanendra memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua mereka sampai semua urusan selesai.

Kehadiran keluarga kedua kakaknya justru membuat Kaluna semakin terbebani, terutama karena ia satu-satunya anak yang berkontribusi menunjang keuangan keluarga. Ironisnya, ia malah harus mengalah sebagai anak bungsu.

Ketika dua anak Kamala mengambil alih kamar Kaluna, tanpa banyak pertimbangan, Ibu dan Bapak (orang tua Kaluna) menyetujuinya. Akibatnya, Kaluna terpaksa pindah ke kamar pembantu yang sempit, dan pintunya pun sulit ditutup. Meski kesal, Kaluna hanya bisa pasrah dan mengalah.

Permasalahan Kaluna tidak berhenti di situ. Hubungannya dengan sang kekasih, Hansa, juga harus berakhir buruk karena perbedaan pandangan di antara mereka. Hansa ingin Kaluna bisa meningkatkan gaya hidupnya, sementara Kaluna tidak bisa melakukannya dengan kondisi keluarganya yang sekarang.

Untungnya, ada satu ‘pelarian’ bagi Kaluna untuk sejenak lepas dari tekanan-tekanan ini, yaitu keinginan membeli rumah impian. Ketika mendapatkan informasi mengenai rumah dengan biaya cicilan yang terjangkau dan tampilan yang nyaman, Kaluna tidak melewatkan kesempatan untuk survei. Akhirnya, ia menetapkan rumah tersebut sebagai rumah impiannya.

Pada saat bersamaan, Kaluna mendengar informasi tentang bantuan keringanan biaya KPR untuk pegawai di kantornya. Setelah mengumpulkan berkas yang diperlukan, ia berharap mendapatkan persetujuan dari bagian keuangan. Untungnya, pihak perusahaan menyetujui permintaan Kaluna. Ia pun sangat senang karena akhirnya bisa semakin dekat dengan rumah impiannya.

Untuk merayakan kebahagiaan tersebut, Kaluna mentraktir dirinya sendiri dan berniat membelikan makanan untuk keluarganya di rumah. Sayangnya, kebahagiaan ini langsung sirna ketika ia sampai di rumah dan melihat keluarganya tengah berkumpul dengan wajah serius.

Rupanya, Kanendra telah membuat kesalahan besar yang membahayakan kondisi keuangan keluarga mereka. Kakak laki-lakinya itu menjadikan sertifikat rumah dan uang pensiun Bapak sebagai jaminan serta melakukan pinjaman online demi mendapatkan dana besar untuk membeli tanah. Namun, sertifikat tanah yang didapatkan Kanendra ternyata ganda, sehingga ia tidak bisa mengklaim tanah tersebut.

Kanendra pun meminta bantuan Kaluna untuk menebus sertifikat rumah yang telah digadaikannya. Jika tidak, keluarga Kaluna terancam kehilangan tempat tinggal mereka. Mendengar hal itu, hati Kaluna pun hancur.

Dengan emosi yang telah lama ia pendam, Kaluna keluar dari rumah. Ia lantas meminta bantuan Danan dan berniat menyewa apartemen milik rekan kerjanya itu. Kaluna ingin rehat sejenak dari masalah keluarganya karena sudah tak sanggup menanggung semua beban yang ada.

Kaluna hidup ‘jauh’ dari keluarganya untuk sementara waktu sambil berkontemplasi tentang pilihan yang harus ia ambil: melanjutkan KPR rumah impiannya atau membantu keluarganya mendapatkan rumah mereka kembali. Pilihan apa yang akan Kaluna ambil?

Sentil Realita Generasi Roti Lapis

review Home Sweet Loan_1_

Kisah Home Sweet Loan (HSL) mengeksplorasi realitas Generasi Roti Lapis yang dihadapkan pada kebutuhan keluarga, sekaligus memiliki cita-cita untuk mandiri secara finansial. Penonton yang merupakan bagian dari generasi ini akan merasa isi hatinya tercurahkan sepenuhnya.

Sementara itu, generasi lainnya akan mulai memahami kesulitan yang dialami oleh para tulang punggung keluarga ini. Oleh karenanya, Home Sweet Loan sebaiknya ditonton oleh semua anggota keluarga yang sudah dewasa.

Saya sendiri belum pernah membaca kisah asli novel Home Sweet Loan karya Almira Bestari, namun sebagai penonton awam, pesan penting yang ingin disampaikan oleh penulis tampaknya sudah diterjemahkan dengan baik oleh Sabrina Rochelle Kalangie selaku sutradara, beserta tim produksi lainnya.

Less Is More

review Home Sweet Loan_3_

Tak perlu banyak aesthetic shots untuk menciptakan impact pada konflik dalam sebuah film, dan hal ini tampaknya diterapkan oleh Sabrina. Alhasil, pendekatan ini tidak membuat Home Sweet Loan kehilangan daya tarik. Permainan naskah dan dialog serta penggunaan angle zoom yang tepat (juga tak berlebihan) cukup untuk menyampaikan suasana intens dalam setiap adegan.

Saya menyukai formula “less is more” ini. Hanya dengan naskah yang baik dan detail, tanpa perlu bumbu drama berlebihan, pergolakan batin yang dialami Kaluna ketika menghadapi masalahnya tetap terasa kuat.

Percikan romansa dalam film ini juga cukup proporsional, tidak membuat Haluan film tiba-tiba berubah menjadi drama percintaan. Sepertinya Sabrina sangat memahami batasan ini dan tidak ingin membuat penonton terlalu fokus pada aspek romansa, melainkan menempatkan diri sebagai Kaluna yang menghadapi permasalahan finansial dan keluarga.

Ada lagi yang tak terlalu ditonjolkan dalam film? Penempatan iklan. Walaupun di awal hingga pertengahan film nama salah satu sponsor utama beberapa kali muncul, hal ini tidak mengurangi fokus pada inti cerita.

Dari pertengahan hingga akhir, kehadiran sponsor bahkan berkurang, sehingga tidak terkesan bahwa sponsor tersebut “numpang promosi” hingga mengganggu narasi film.

Pengembangan Karakter yang Anehnya Seimbang

review Home Sweet Loan__

Dalam film ini, hanya Kaluna dan anggota keluarganya yang mengalami perkembangan karakter signifikan, sementara karakter lainnya tidak, namun anehnya proporsi ini terasa cukup.

Saya tidak mengatakan kehadiran mereka tidak penting, namun tiga teman kerja Kaluna sudah memiliki persona yang positif sejak awal. Penokohan Danan, misalnya, tidak berkembang secara signifikan selain dari perasaannya terhadap Kaluna.

Orang tua dan kedua kakak Kaluna yang terasa mengalami perkembangan karakter, meskipun sang kakak laki-laki, Kanendra, hanya mengalami perkembangan sedikit.

Saya meyadari karakter Kanendra juga sering ditemukan di dunia nyata, di mana orang-orang sepertinya menyesali apa yang diperbuat namun tak pernah berani meminta maaf, sehingga keputusan untuk membuat karakternya tetap seperti ini juga tak masalah.

Review Home Sweet Loan_Showpoiler_

Secara keseluruhan, Home Sweet Loan adalah film yang cocok untuk ditonton bersama keluarga, terutama bagi keluarga kelas menengah. Film ini bisa menjadi ajang untuk memahami perasaan para anggota keluarga yang termasuk dalam generasi sandwich.

Saya sangat menyukai eksekusi Sabrina Rochelle Kalangie yang tidak berlebihan. Ia mampu meramu penokohan dan naskahnya dengan tepat, tanpa harus bergantung pada pengambilan gambar yang rumit dan estetik. Meski di beberapa adegan awal saya masih bisa merasakan pergerakan kamera yang agak shaky, ini hanyalah masalah teknis minor yang masih sangat bisa dimaklumi.

Jika kamu ingin meminta rekomendasi film atau pertanyaan seputar film lainnya, silakan tanyakan kepada kami di Instagram, atau Twitter. Kami akan dengan senang hati menjawabnya!
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram