Sinopsis & Review Ipar Adalah Maut, Perselingkuhan Saudara Ipar
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Awalnya saya pikir film Ipar Adalah Maut merupakan film dengan premis perselingkuhan murah layaknya opera sabun di televisi lokal. Begitu menonton filmnya, saya berani menarik kembali omongan saya yang mengatakan film ini tidak akan laku keras di bioskop.
Film karya sutradara kawakan Hanung Bramantyo ini layak mendapat standing applause dari para penontonnya. Kisahnya yang tidak bertele-tele dan memuncak hingga membuat kita jadi ikutan tegang sukses membuat saya refleks mengacungkan dua jempol. Se-hype apa sih memangnya?
Sinopsis
Tahun Rilis | 2024 |
Genre | Drama, Romance |
Sutradara | Hanung Bramantyo |
Pemeran | Michelle Ziudith Deva Mahenra Davina Karamoy |
Review | Baca di sini |
Nissa (Michelle Ziudith) merupakan seorang gadis kuliah yang menempuh pendidikan di sebuah universitas negeri populer di Semarang, Jawa Tengah. Hidup sebagai mahasiswa pintar dan ramah, ia mudah mendapatkan teman dan dekat dengan siapa pun termasuk dosen sosiologinya.
Dosen tersebut bernama Aris (Deva Mahenra), yang segera jatuh hati pada Nissa sejak awal bertemu. Seiring berjalannya waktu, hubungan Nissa dan Aris jadi semakin dekat bahkan hingga berlanjut ke pelaminan. Aris meminang Nissa untuk menjadi istrinya dan hidup bahagia bersama di Semarang.
Tak lama setelah mereka jadi pengantin baru, adik perempuan Nissa, Rani (Davina Karamoy) masuk ke universitas sama dengan Nissa juga Aris yang bekerja sebagai dosen. Rani pun harus pindah dari kampung halamannya, Salatiga ke Semarang, kota besar yang akan ia tinggali.
Namun melepas Rani menjadi PR bagi Ibu (Dewi Irawan), karena Ibu tahu betul bagaimana sifat Rani. Apalagi kalau ditinggal sendiri di kos, maka dari itu Ibu meminta izin Nissa supaya Rani untuk sementara waktu tinggal bersamanya, sampai Ibu dan Nissa benar-benar percaya Rani bisa dilepas sendiri.
Awalnya Nissa ragu untuk membawa masuk Rani ke dalam biduk rumah tangganya; namun setelah meminta izin dari Aris, Nissa pun akhirnya mau menerima adik perempuannya itu untuk tinggal bersama di kediamannya, hitung-hitung menemani anak mereka, Raya (Alesha Fadhilah).
Rani senang sekali bisa tinggal bersama dengan keluarga kecil Nissa. Rani tidak perlu merasa sendirian di Semarang. Nissa pun senang rumahnya jadi sedikit lebih ramai. Ibu berpesan pada Rani untuk tidak merepotkan kakaknya dan bersikap baik dan santun selama tinggal di sana.
Awalnya semua terlihat sempurna, Raya jadi punya teman ketika Aris bekerja dan Nissa fokus pada toko kue miliknya, Legi Bakery. Rani bak bantuan yang tak diminta. Sampai satu waktu, mulai ada ‘masalah’ yang mulai mengoyak rumah tangga Nissa perlahan.
Pada satu malam, Rani keluar untuk mengambil minum, sialnya ia tidak mengenakan hijab atau pakaian sopan. Begitu keluar kamar, ia berpapasan dengan Aris yang juga ada di dapur untuk mengambil minum. Keadaan jadi kikuk dan Rani segera berlari masuk kembali ke kamar.
Tak sampai di situ, beberapa hari setelahnya, kran shower di kamar mandi Rani tiba-tiba rusak membuat Rani berlari ke kamar Raya untuk menumpang mandi. Lagi-lagi dalam keadaan yang tak pantas, hanya mengenakan handuk, Rani bertemu dengan Aris yang sedang menidurkan Raya saat pulang sekolah.
Berulang kali kejadian itu berlangsung membuat keduanya jadi saling memikirkan satu sama lain. Puncaknya ketika Nissa pergi ke Jogja untuk mengurus pembukaan toko barunya, ia meninggalkan Aris dan Rani berduaan di rumah; dan dengan berani keduanya mulai berhubungan intim.
Seperti orang bodoh, Nissa percaya bahwa Aris dan Rani bisa saling jaga. Padahal di belakang Nissa, mereka berdua main gila. Tak hanya sekali saja mereka berhubungan intim melainkan sering kali. Bak ular, Rani selalu punya cara untuk memperdaya Nissa supaya tidak curiga.
Namun sepandai-pandainya tupai melompat, maka ia akan jatuh juga. Nissa mulai curiga kalau Aris berselingkuh, namun Aris dan Rani lagi-lagi bisa membuat prasangka Nissa patah. Mereka menggunakan nama samaran untuk mengelabui Nissa. Sayangnya hal itu tak berlangsung lama.
Ketika Aris dan Rani indehoy di sebuah hotel, Nissa mencoba menghubungi Aris untuk menjemput Raya di sekolah. Apes, percakapan di telepon itu tidak sepenuhnya Aris matikan. Sehingga saat bercumbu dengan Rani, semua terdengar jelas di telepon. Nissa shock bukan main.
Nyatanya apa yang ditakutkan dan dicurigai selama ini benar adanya. Aris selingkuh, namun yang Nissa tak habis pikir mengapa adiknya sendiri yang jadi selingkuhannya? Nissa pun mulai melabrak Aris dan pergi ke rumah Ibunya untuk mengadu, tepat ketika Rani pun ada di sana.
Rani habis-habisan dibentak oleh Nissa hingga membuat Ibu shock hingga terjatuh. Semenjak kejadian itu, kesehatan Ibu menurun dan meninggal saat mengetahui Rani mengandung anak Aris hasil dari hubungan gelapnya. Nissa sudah tidak punya hati lagi untuk memaafkan mereka berdua.
DI hari pemakaman sang Ibu, Nissa membawa Raya pergi dari hadapan Aris dan Rani. Meninggalkan mereka dalam rasa sesal dan bersalah yang dalam. Keduanya bukan hanya menghancurkan keluarga, tapi juga masa depan Raya, sampai membuat Ibu meninggal.
Setelah pergi meninggalkan Aris dan Rani, Nissa hidup bahagia di Jogja, mengurus toko kuenya yang semakin laris manis. Di tengah kesuksesannya itu, ia berjanji akan membuat Raya menjadi anak serta wanita kuat, taat agama dan baik hati supaya terhindar dari masalah yang ia alami.
Satu Kata Untuk Aris: Pria Sialan!
Seperti yang kita tahu, kisah Nissa ini diambil dari kejadian nyata yang diceritakan oleh seorang konten kreator wanita bernama Eliza Sifaa. Banyak nama yang disamarkan namun inti ceritanya sama. Aris menjadi satu-satunya orang yang tidak punya hati, tidak punya nurani, otak dan iman.
Aris berhasil menjadi musuh publik selama film berlangsung. Antusias para penonton untuk mengutuk Aris riuh rendah terdengar selama plot mulai memuncak; dan saya yakin betul tokoh Aris ini akan jadi bulan-bulanan di dunia nyata.
Kualitas Akting Kadar Tinggi
Michelle Ziudith sudah biasa malang melintang di beberapa film bergenre drama romantis, dan itu menjadi hal yang biasa. Namun saat ia setuju untuk berperan sebagai Nissa dalam film ini, kualitas aktingnya luar biasa bagus. Dia bisa membawakan emosi meletup tanpa berlebihan seperti FTV yang ada.
Sebelas-dua-belas dengan Michelle, Deva Mahenra yang berperan sebagai Aris dan Davina Karamoy sebagai Rani pun memiliki kualitas akting serupa. Bagus! Mereka benar-benar mendalami peran sebagai bajingan kelas hiu; membuat saya akan terus mengingat Deva dan Davina musuh satu Indonesia.
Soundtrack yang Pas!
Dua buah lagu dipatenkan menjadi soundtrack film Ipar Adalah Maut; yang pertama adalah Tak Pantas dari Mytha Lestari dan yang kedua adalah Tak Selalu Memiliki dari Lyodra. Kedua lagu itu sama pasnya untuk menjadi pendamping film ini, suara keduanya bagus dengan lirik gemilang.
Namun entah mengapa, Tak Selalu Miliki yang notabenenya point of view Rani menjadi lagu yang memberi jiwa lebih pada plot film ini, benar-benar ngena, sehingga saya pikir merupakan keputusan bagus membawa serta Lyodra untuk jadi pengisi lagu. Good job Hanung Bramantyo!
Saya berani mengatakan bahwa film ini super keren, tegangnya dapat, sedihnya dapat, marahnya dapat, semua aspek benar-benar diberikan secara total oleh Hanung dan tim. Saran saya, menonton film ini harus dalam keadaan tenang, karena amarah kalian semua akan disulut ketika film mulai memuncak!