logo web

Sinopsis & Review Memoir of a Murderer, Ingatan Pembunuh Berantai

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Memoir of a Murderer
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dipukuli ayahnya saat remaja, melihat ibu dan kakak perempuannya tersiksa, memantik Byeong Soo menjadi seorang pembunuh berantai. Korban pertamanya adalah seseorang yang dianggap biang masalah; ayahnya.

Sejak itu Byeong Soo merasa orang-orang seperti ayahnya pantas dibunuh. Dia tidak menyebutnya sebagai pembunuhan, melainkan penyucian.

Tapi setelah semakin tua, Byeong Soo mulai mengalami demensia. Dia sering lupa sehingga kerap menuliskan ingatannya di sebuah jurnal.

Di sana terdapat pengakuan terjujurnya yang tidak diketahui siapa pun, termasuk putrinya. Hingga suatu hari sang putri bertemu seorang pria, yang dia yakin adalah pembunuh berantai, sama sepertinya.

Bisakah Byeong Soo melindungi putrinya itu? Sinopsis dan ulasan film thriller Korea, Memoir of a Murderer (2017) bisa kamu dapatkan melalui artikel di bawah ini!

Baca juga: Sinopsis & Review Chimera, Misteri Pembunuhan Berantai

Sinopsis

Sinopsis

Kim Eun Hee (Kim Seol Hyun) mulai mengeluh karena terlalu sering menjemput ayahnya, Kim Byeong Soo (Sol Kyung Gu) di kantor polisi di tengah jam kerja. Eun Hee lalu membelikan sebuah alat rekam dan alamat yang disimpan di dalam sebuah bandul.

Tiga bulan lalu Kim Byeong Soo divonis mengalami demensia. Kondisinya diperparah karena dia pernah mengalami kecelakaan dan menjalani operasi otak. Dokter merasa penyakitnya bisa disebabkan oleh pendarahan atau efek pasca operasi.

Sambil menikmati lagu kesukaannya yang sengaja disimpan Eun Hee di dalam alat rekam, Byeong Soo mendengar kabar yang disiarkan di televisi tentang penemuan jasad seorang wanita berusia 20 tahunan di Kota Ganghwa.

Penemuan tersebut merupakan kasus pembunuhan kedua setelah jasad gadis SMA ditemukan bulan lalu. Berdasarkan laporan polisi, kondisi kedua jasad terlihat serupa. Melihat hal itu timbul kemungkinan akan munculnya kasus pembunuhan berantai baru.

Byeong Soo tiba-tiba beraksi, memeriksa sepatunya tanpa alasan jelas. Ketika Eun Hee pamit akan pergi merayakan ulang tahun temannya, Byeong Soo terlihat sangat khawatir.

Rupanya kekhawatiran Byeong Soo punya alasan mengerikan. Pasalnya dia juga seorang pembunuh. Byeong Soo terlihat mulai menulis kisah masa lalunya di sebuah jurnal yang tersimpan di laptop.

Dia mengingat kejadian di musim gugur tahun 1971 ketika mendapati rumahnya berantakan karena sang ayah pulang.

Ibunya terlihat memeluk sebelah sepatu warna putih milik Byeong Soo, sedangkan sebelah lagi berlumuran saus kimchi dan dipakai ayahnya sebagai bantal.

Saat sang ayah terbangun karena sepatu yang dipakai sebagai bantal diambil, Byeong Soo dihajar habis-habisan. Byeong Soo mengingat tatapan mata ayahnya seperti monster.

Diseret di ruangan terpisah, Byeong Soo kembali dipukuli hingga tak tahan lagi, dia membekap ayahnya hingga tewas. Jasad sang ayah dikubur malam itu juga dan setelah melakukannya, tubuh Byeong Soo bergetar semalaman.

Anehnya tidak ada polisi yang datang untuk menangkap dan menahan. Dia hanya merasakan rumahnya jadi lebih damai. Sejak itu dia meyakini pembunuhan yang diperlukan itu ternyata ada.

Byeong Soo lalu mulai membunuh orang-orang yang menurutnya layak mati, seperti seorang pedagang makanan laut yang memukuli keluarganya setiap hari, seorang wanita yang memukuli seekor anjing hingga tewas karena anjing itu menelan cincin berliannya, seorang pemabuk yang menjadikan anak jalanan sebagai budak, dan lainnya.

Byeong Soo menyebutnya penyucian karena ada banyak orang di dunia yang menurutnya pantas mati. Korban-korban yang tewas di tangannya, dia kuburkan di hutan bambu.

Namun di sisi lain, dengan kesibukannya di klinik hewan, Byeong Soo juga merasa telah menjadi penyelamat. Walau sudah divonis demensia, dia senang masih bisa bekerja merawat hewan-hewan.

Selain sibuk di klinik, dia menyibukkan diri mengikuti kelas puisi. Eun Hee yang mendaftarkannya mengikuti kelas puisi karena menurutnya itu akan bagus untuk pengidap demensia.

Namun, Byeong Soo sama sekali tidak menikmatinya. Dia merasa muak dan bingung dengan orang-orang di sana, bahkan dia merasa ingin membunuhnya.

Pada kelas puisi itu, salah satu peserta, seorang wanita bernama Jo Yeon Joo mengagumi Byeong Soo karena puisi metafora tentang kematian yang dia buat. Byeong Soo membuat wanita itu tertawa karena mengatakan kalau puisi yang dia buat adalah kenyataan.

Jo Yeon Joo membuatnya kesal karena tertawa sangat keras saat mendengarnya. Namun, kini Byeong Soo tak bisa lagi membunuh. Pembunuhan terakhir yang dia lakukan adalah 17 tahun lalu.

Dia membunuh seorang wanita tapi lupa dengan alasannya. Setelah membunuh dan menguburkannya, Byeong Soo mengalami kecelakaan.

Kecelakaan itulah yang menyebabkan dia mengalami demensia. Baginya jika pembunuhan adalah puisi, maka pengasuhan anak adalah prosa. Membesarkan seorang anak lebih butuh banyak upaya daripada membunuh sepuluh orang.

Hari itu saat cuaca sangat berkabut, Byeong Soo tak sengaja menabrak mobil seseorang di depannya. Bagian belakang mobil itu penyok dan terlihat ada darah menetes dari sana.

Di bagian bagasi terlihat sebuah tas besar yang mengeluarkan darah. Byeong Soo mengambil sample darah menggunakan sapu tangannya.

Sejurus kemudian seorang pemuda pemilik mobil turun dan mengatakan kalau itu adalah jasad rusa. Dengan senyum penuh misteri dia meminta Byeong Soo melupakan kejadian itu.

Lantas, akankah Byeong Soo percaya begitu saja? BIsakah dia mengenali apakah lelaki di depannya adalah seorang pembunuh, sama seperti yang dulu?

Pembunuh Berantai dan Ingatannya yang Memuai

Pembunuh Berantai dan Ingatannya yang Memuai

Film diawali dengan memperlihatkan seorang pria tua dengan ekspresi kebingungan, berdiri di depan terowongan kereta api sembari membawa tas besar. Pria itu adalah Byeong Soo, pembunuh berantai di masa lalu yang tak pernah terungkap dan sekarang mengalami gangguan ingatan atau demensia.

Entah dengan alasan apa, Byeong Soo menuliskan perjalanan kelamnya sebagai pembunuh berantai di sebuah jurnal dalam laptop. Ada sisi dalam dirinya yang seolah tak ingin melupakan kejahatan-kejahatannya di masa lalu. Byeong Soo ingin mengabadikannya.

Berangkat dari ide pokok yang semacam itu kita dibawa masuk pada jiwa seorang pembunuh yang rapuh sekaligus kuat. Terdapat beberapa penggalan kalimat yang diucapkan Byeong Soo yang terdengar putus harapan juga mengerikan.

Baginya hilang ingatan bukan penyelamat hidup karena bagaimana pun instingnya sebagai pembunuh akan terus ada. Penokohan Byeong Soo dibuat sangat kompleks, terutama setelah mendengar dan mengetahui cerita masa lalunya.

Menegangkan dan Tetap Emosional

Menegangkan dan Tetap Emosional

Ada beberapa alur mundur dalam film Memoir of a Murderer (2017), khususnya ketika cerita memperlihatkan masa lalu Byeong Soo.

Disebutkan bahwa Byeong Soo mulai membunuh orang-orang setelah menghabisi ayahnya yang abusive. Sejak itu dia merasa pembunuhan diperlukan untuk membersihkan dunia dari manusia-manusia kotor.

Alur ini berhasil memperlihatkan dan menularkan emosi seorang Byeong Soo di tengah rasa marah dan ngeri serta tegang yang datang dari melihat potongan-potongan scene pembunuhan yang mengerikan.

Formula seperti ini menghadirkan sensasi emosional yang rumit karena kita tidak bisa membenci sosok Byeong Soo sepenuhnya. Seolah masih kurang dramatis, muncul Eun Hee, putri Byeong Soo yang sangat ingin dia lindungi dari ancaman Tae Ju, kekasihnya yang merupakan anggota polisi.

Dengan insting seorang pembunuh, Byeong Soo bisa mengenali Tae Ju memiliki darah yang sama dengan dirinya; darah pembunuh. Interaksi dan permainan psikologi serta mental antara keduanya jadi atraksi yang menyumbang banyak ketegangan untuk film ini.

Banyak Plot Twist Mengecoh yang Melelahkan

Banyak Plot Twist Mengecoh yang Melelahkan

Pertemuan antara Byeong Soo dan Tae Ju untuk pertama kali dikemas dengan sinematografi yang terasa magis. Keduanya bertemu di persimpangan dalam keadaan jalanan penuh kabut.

Mereka berhadapan dengan latar belakang kabut yang cukup tebal. Menariknya Byeong Soo dan Tae Ju bisa melihat jelas antara satu dan yang lain.

Penggambaran seperti itu seolah jadi sebuah simbol kemisteriusan dan kejahatan yang ditutupi keduanya dari orang lain, tapi tidak dari masing-masing. Mulai dari scene itu, Memoir of a Murderer (2017) mulai menyuguhkan plot twist-plot twist mengecoh.

Tae Ju dan Byeong Soo saling mengintimidasi. Permainan antara mereka membuat intensitas keseruan film ini semakin tinggi.

Kita akan ikut terkecoh sampai-sampai ragu dengan kebenaran cerita dari sudut pandang Byeong Soo. Melihat Byeong Soo terjebak dalam ingatan yang dia ragukan sendiri rasanya emosi dan pikiran ikut dipermainkan; melelahkan.

Memoir of a Murderer (2017) sebuah film thriller yang turut mempermainkan psikologi dan mental. Dengan bumbu drama dan kisah trauma, ia tidak hanya menegangkan tetapi juga emosional.

Berdurasi sekitar dua jam, film yang diadaptasi dari sebuah buku fiksi karya Kim Yong Ha ini memuaskan dari banyak hal.

Walau lelah mengikuti plot-plot yang berkelok dan berulang, kamu gak boleh melewatkan penampilan luar biasa dari Sol Kyung Gu dan suguhan sinematografi yang indah sekaligus mencekam. Penasaran? Kamu bisa menonton film ini melalui Netflix atau Viu!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram