Sinopsis dan Review Beckett, Berlari Menguak Konspirasi
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Siapa menyangka jika sebuah kecelakaan maut saat liburan bisa membuatnya dikejar oleh pihak kepolisian dan mafia? Tapi ini terjadi pada diri Beckett yang harus terus berlari sambil mencari kebenaran atas statusnya yang dikejar oleh pihak berwajib yang ingin membunuhnya tanpa dia ketahui alasannya.
Mampukah Beckett menguak misteri di sekitarnya yang bernuansa politis ini? Beckett adalah original film Netflix yang bergenre action dan dirilis pada 13 Agustus 2021 setelah sebelumnya sempat ditayangkan di Locarno Film Festival pada 4 Agustus 2021.
Dibintangi oleh aktor yang sedang naik daun berkat film Tenet (2020), John David Washington, nyatanya film ini sudah menyelesaikan syutingnya lebih dulu sebelum film Malcolm & Marie (2021). Sudah siap mengikuti pelarian dan pencarian kebenaran oleh Beckett? Simak review kami sebelum menontonnya.
Baca juga: Sinopsis & Review Dokumenter Netflix The Raincoat Killer
Sinopsis
Tahun Rilis | 2021 |
Genre | Action, Crime, Drama |
Sutradara | Ferdinando Cito Filomarino |
Pemeran | John David Washington Boyd Holbrook Vicky Krieps Alicia Vikander |
Review | Baca di sini |
Beckett dan April sedang menikmati liburan di Yunani. Saat meninggalkan Athens menuju ke daerah pedalaman, Beckett mengendarai mobil sambil mengantuk sehingga membuat mobil mereka masuk ke dalam jurang dan membunuh April.
Saat keluar dari mobil, Beckett sempat melihat ada anak kecil bersama wanita berambut pirang di dalam rumah yang ditabraknya yang kemudian berlari menghilang.
Setelah sempat dirawat di rumah sakit, Beckett kemudian berada di kantor polisi. Saat Xenakis, petugas kepolisian setempat, bilang jika rumah yang ditabraknya kosong, Beckett tidak percaya.
Dari situ, Beckett kembali ke lokasi kecelakaan dan tidak diduga dia melihat wanita berambut pirang yang seketika menembaknya. Beckett berlari. Xenakis datang, tapi malah ikut menembak dan melukai tangannya.
Beckett terpojok di tepian jurang. Perlahan berjalan di tepiannya kemudian melompat ke tebing sebelahnya, Beckett berhasil lolos dari kejaran mereka.
Setelah menginap semalam di dalam bangkai truk, Beckett ditemukan oleh sekelompok pemburu setempat dimana salah satunya membawanya ke rumah untuk mengobati lukanya. Tidak berapa lama, Xenakis datang dan Beckett harus berlari lagi.
Beckett bertemu sepasang peternak lebah yang meminjamkan telepon untuk menghubungi kedubes. Karena tidak bisa menunggu, Beckett berencana pergi ke Athens dengan menyusuri sungai.
Kemudian dia bertemu dengan sekelompok orang dan menumpang bus mereka sampai ke stasiun kereta. Saat berada di kereta, dia bertemu dan berkelahi dengan Xenakis. Kaki Xenakis tertembak pistolnya.
Beckett kembali berlari dan melihat poster anak kecil yang dilihatnya di lokasi kecelakaan. Dia kemudian diantar oleh dua orang aktivis ke kedubes. Setelah diperiksa kesehatan dan membersihkan diri, Beckett bertemu dengan pihak kedubes, Tynan, yang mengantarnya melihat jenazah April.
Tynan bercerita tentang situasi politik yang sedang memanas di Yunani, termasuk tentang penculikan anak. Tynan mengantar Beckett untuk menemui polisi jujur agar bisa meluruskan situasinya, tetapi justru Tynan hendak menyetrum Beckett yang berhasil mengatasinya dan terpaksa harus berlari lagi.
Beckett kemudian mencari alamat kantor para aktivis dan mendatanginya yang segera dikejar oleh Tynan lagi. Sempat berbaur dengan para demonstran, Beckett akhirnya tersudut di basement mal bersama Tynan.
Tynan menjelaskan semua tentang rencana menjadikan Beckett sebagai kambing hitam yang dikorbankan atas pembunuhan seorang politisi bernama Karras, ayah anak kecil yang diculik.
Tapi dengan terbunuhnya Karras oleh orang lain, Tynan menjelaskan bahwa Beckett sudah bisa bebas, tapi Beckett tidak percaya dan tetap melumpuhkan Tynan.
Di jalan, Beckett melihat wanita berambut pirang yang menembaknya dan mengikutinya secara sembunyi-sembunyi. Ternyata di gedung parkiran, wanita itu bertemu dengan Xenakis. Beckett menyerangnya dan menembak tangan Xenakis serta melumpuhkan wanita itu. Xenakis berhasil kabur membawa mobil dengan anak kecil tersandera di dalam bagasinya.
Beckett melompat dari tepian gedung ke atas mobil Xenakis dan berhasil menghentikannya. Para aktivis membuka bagasi dan mengeluarkan anak kecil dari dalamnya.
Action Bernuansa 1970an
Menonton film Beckett ini, mau tidak mau, mengingatkan kita akan film-film action di era 1970an, seperti The Parallax View (1974) dengan bintang Warren Beatty dan Three Days of the Condor (1975) yang dibintangi Robert Redford.
Jangan lupakan juga film berseri Death Wish (1974) dengan jagoannya Charles Bronson. Apa kesamaan Beckett dengan film-film ini?
Kesamaannya adalah karakter utamanya adalah orang biasa yang tidak punya latar belakang militer atau sejenisnya tapi mampu mengalahkan orang-orang yang merintangi jalannya dalam mengungkapkan kebenaran yang dicarinya.
Diceritakan, Beckett bekerja di perusahaan software komputer dan tidak diceritakan jika dia memiliki latar belakang militer.
Tapi meski begitu, dia bisa menembakkan pistol, mengejar orang yang dicarinya, menahan sakitnya luka pukulan dan tembakan, bahkan bisa melompat dari ketinggian dan mendarat di atas mobil musuh yang dikejarnya dengan presisi sekali.
Rasanya semua itu tidak mungkin dilakukan oleh seorang ahli komputer yang membuat cerita film ini sedikit absurd.
Akting Tanpa Chemistry
Sebenarnya Beckett memiliki banyak faktor yang bisa membuatnya menjadi sebuah film yang bagus, tapi sayang, semua faktor itu tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Dari deretan pemerannya, selain John David Washington, ada nama Alicia Vikander dan Vicky Krieps.
Dua nama ini memunculkan harapan akan sebuah kekuatan drama dari film action seperti ini. Tetapi semua buyar di setengah jam pertama film dengan durasi 1 jam 50 menit ini.
Dibuka dengan kebersamaan Beckett dan April yang dibawakan Washington dan Vikander dengan tanpa adanya chemistry. Mulai dari dialog dan kontak mata antara mereka, terlihat sangat dipaksakan. Ditambah lagi tewasnya April sebagai pembuka tensi ketegangan cerita.
Harusnya tidak perlu menampilkan aktris sekelas Alicia Vikander untuk berperan sebagai April karena seakan-akan menyia-nyiakan talenta dan tentunya bujet juga. Masih ada satu nama yang diharapkan bersinar tapi tersia-siakan juga, yaitu Vicky Krieps.
Kita kenal aktris ini lewat performa apiknya di film Phantom Thread (2017) yang mampu mengimbangi kekuatan akting Daniel Day-Lewis. Tapi kehadirannya di film ini tidak berkesan sama sekali. Hanya tampil dalam tiga adegan yang tidak berarti bagi cerita. Tanpa karakternya pun cerita masih bisa berjalan.
Jadi, sekali lagi, menempatkan aktis sekelas Krieps seolah pemborosan saja. Jika memang mau, harusnya naskah yang ditulis oleh Kevin A. Rice bisa menempatkan karakternya dengan lebih berarti bagi jalan cerita.
Penuh Adegan Aksi yang Tak Masuk Akal
Naskah yang kurang mendalam mempengaruhi eksekusi film secara keseluruhan yang kurang tenaga. Efeknya untuk film action seperti ini adalah adegan-adegan aksi yang seharusnya menegangkan atau spektakuler menjadi hadir layaknya kurang darah.
Jika tidak ada adegan kebut-kebutan dan pertarungan yang seru, ingin tampil bersahaja misalnya, paling tidak adegan aksi itu dibuat masuk akal.
Tapi hebatnya karakter Beckett disini, dia seolah tidak takut ketinggian, sehingga di dua situasi yang memacu adrenalin dan bisa membuat orang lain pingsan seketika.
Dia bisa dengan tenang melompat ke tebing sebelah dan di akhir film dia bisa melompat dari ketinggian dan jatuh tepat di atas mobil musuh yang dikejarnya lalu membekuknya, padahal dia dalam keadaan terluka berat.
Pada akhirnya, Beckett adalah film action-thriller yang seharusnya bisa tampil lebih baik jika saja naskahnya dibuat masuk akal di tengah konspirasi politik yang panas.
Banyak potensi yang tersia-siakan, salah satunya adalah gubahan musik karya Ryuichi Sakamoto, membuat film karya sutradara asal Brasil, Ferdinando Cito Filomarino, ini sangat disayangkan kehadirannya.
Setidaknya, keindahan pegunungan di Yunani di setengah perjalanan film dan permainan kamera seolah dalam halusinasi ketika melihat anak kecil yang disandera pada saat terjadi kecelakaan, sedikit mengobati rasa kecewa lewat arahan yang cukup apik dari sinematografer asal Thailand, Sayombhu Mukdeeprom. Bisa mengisi waktu luang, film ini masih pantas untuk ditonton.