logo web

Sinopsis & Review Challengers, Antara Cinta dan Tenis

Ditulis oleh Gerryaldo
Challengers
3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film dengan premis olahraga menjadi salah satu pilihan para penikmat film untuk menonton kisahnya. Selain kebanyakan film seperti itu dirasa cukup seru, drama yang ada di dalam film pun tidak terlalu njelimet sehingga masih bisa dinikmati oleh banyak kalangan. Seperti yang dilakukan oleh sutradara Luca Guadagnino dalam karya terbarunya, Challengers.

Sebagian besar kisah dalam film ini meliputi tentang olahraga tenis; namun tidak monoton membahas olahraga yang terkenal dengan bola kuningnya itu saja. Kisah pelik tentang cinta para tokoh utamanya pun dibahas habis di dalam film ini dengan banyak kejutan. Penasaran dengan kisahnya? Simak artikel filmnya sampai habis ya!

Sinopsis

Challengers_Poster (Copy)

Patrick Zweig (Josh O’Connor) dan Art Donaldson (Mike Faist) merupakan sepasang sahabat. Mereka menyukai olahraga tenis dan sering berlatih bersama. Keduanya begitu hebat dalam banyak pertandingan dan nama mereka semakin bersinar ketika memenangkan gelar ganda junior putra di AS Terbuka pada tahun 2006.

Sejak saat itu keduanya tak bisa dipisahkan. Para penggemar memberi julukan pada keduanya sebagai si Air dan si Api. Setelah mengikuti perlombaan tersebut, Patrick dan Art mulai mengenal banyak para pemain tenis legendaris. Salah satunya adalah Tashi Duncan (Zendaya) yang merupakan atlet tenis muda berumur 18 tahun.

Meski masih muda, prestasi Tashi sangat gemilang. Ditambah dengan pesona Tashi yang membuat banyak atlet pria menyukainya; termasuk Patrick dan Art. Mereka berusaha mendekati Tashi dengan banyak cara. Tidak sia-sia, usaha mereka itu ternyata membuahkan hasil. Gadis itu jadi dekat dengan si duo sohib.

Pada satu kesempatan, keduanya ingin mendapat nomor kontak Tashi untuk melakukan pendekatan. Tashi menyanggupinya dengan satu syarat; keduanya harus saling lawan untuk bermain tenis. Siapa yang menang akan mendapatkan nomor kontak Tashi. Mendengar hal tersebut, Patrick dan Art mulai berkompetisi satu sama lain.

Hasilnya, Patrick lah yang memenangkan pertandingan. Hal itu membuat Art jadi kesal. Apalagi ia mengetahui bahwa teman dekatnya itu berkencan dengan Tashi, tak lama setelah Patrick memenangkan taruhan tersebut. Patrick tidak tahu bahwa Art begitu menyukai Tashi. Rangkaian peristiwa itu pun membuat Art jadi berubah menyebalkan.

Art selalu menggiring opini bahwa baik Patrick dan Tashi tidak benar-benar saling mencintai. Padahal hubungan keduanya sedang baik-baik saja. Hal tersebut akhirnya berdampak besar pada hubungan muda mudi itu. Alih-alih merasa menjadi seorang pasangan, keduanya jadi seperti rival di lapangan. Art berhasil membuat hubungan teman baiknya itu kandas.

Sayangnya hubungan Tashi hancur tepat di saat ia harus mengikuti pertandingan melawan universitas lain. Dalam keadaan hati masih limbung dan penuh amarah, Tashi jadi overpower sehingga kakinya terkilir. Dunia Tashi seakan ambruk saat itu juga karena ia tahu kaki adalah organ paling penting untuk atlet tenis.

Tashi akhirnya dibawa untuk diperiksa dan dokter mendiagnosa gadis itu untuk tidak bermain tenis dalam waktu dekat ini; mengancam karier Tashi dengan melewati banyak pertandingan. Di saat rapuh seperti itu, Art mencoba mendekati Tashi. Patrick yang mendengar Tashi mengalami cedera pun langsung pergi menemui Tashi.

Alih-alih diterima untuk menjenguk, Tashi mengamuk ketika melihat Patrick dan menyuruhnya pergi. Bahkan Art pun memaki Patrick untuk enyah dari hadapan mereka berdua. Mulai dari saat itulah Patrick benar-benar menghilang dari hadapan Tashi dan Art bahkan bertahun-tahun setelahnya. Dia pergi demi kebaikan bersama.

Tashi dan Art pun jadi semakin dekat dan akhirnya sepakat untuk membangun hubungan. Mereka tak hanya sukses dalam kisah percintaan saja, keduanya bahkan menjadi ikon untuk atlet terbaik di Amerika. Banyak brand besar yang bekerjasama dengan Tashi dan puncaknya adalah Art akhirnya menikahi Tashi hingga memiliki anak perempuan manis.

Cerita pun maju beberapa tahun setelahnya; di bawah bimbingan Tashi, Art kini telah menjadi pemain tenis profesional papan atas. Art hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai Career Grand Slam. Dalam usahanya tersebut, Tashi memasukkan nama suaminya dalam babak wild card di ajang event besar cabang olahraga tenis bernama Challenger.

Acara akbar itu diadakan di New Rochelle, New York pada tahun 2019. Tak disangka, Patrick yang masih aktif bermain tenis pun mengikuti acara bergengsi itu. Ia mendapat informasi bahwa siapa pun yang berhasil masuk ke babak wild card, maka akan bertanding melawan Art Donaldson. Mengetahui hal itu Patrick jadi semakin bersemangat.

Patrick berhasil mengalahkan banyak pemain sehingga mampu masuk ke babak wild card yang mana pria bujangan tersebut bisa kembali reuni untuk bermain bersama Art. Art yang mengetahui lawan mainnya nanti di babak wild card adalah mantan sahabatnya, kepalanya langsung mendidih. Art menganggap Patrick adalah lawan besarnya.

Seluruh memori mengenai Patrick pun teringat kembali, dan membuat Art kehilangan motivasi bermain. Ia pun mengatakan pada Tashi bahwa ia akan pensiun dari dunia tenis setelah acara Challengers selesai. Tashi yang benar-benar terobsesi untuk menjadikan Art menjadi top of the top sedih dan marah. Usahanya dirasa sia-sia.

Tidak mau hal itu terjadi, Tashi pun menemui Patrick untuk memintanya kalah supaya Art bisa kembali percaya diri. Hal itu jelas membuat Patrick murka, namun akhirnya setelah bernegosiasi, keduanya sepakat. Bahkan sebagai reward atas perjanjian itu, Tashi berhubungan seksual dengan Patrick, menikmati masa-masa mereka pacaran dulu.

Pada hari final, Patrick dan Art terlibat pertandingan sengit. Hasrat untuk menang berkobar di antara keduanya. Sampai di babak akhir, Patrick teringat akan janjinya untuk membiarkan Art menang. Tapi di satu sisi, Patrick ingin memberitahu bahwa Tashi telah berselingkuh dengannya semalam, dan banyak pikiran lainnya tentang persahabatan.

Akhirnya dengan sebuah kode servis yang hanya diketahui oleh Patrick dan Art, Art tahu bahwa Tashi berselingkuh dengan Patrick. Namun alih-alih marah, Art malah merasa lega dan semangat untuk menyelesaikan final secara fair. Pertandingan pun semakin intensif dan Art akhirnya menang atas usahanya sendiri lantas berakhir dengan memeluk Patrick.

Zendaya is Slay!

Challengers_Zendaya (Copy)

Dalam penampilannya kali ini Zendaya memerankan tokoh yang sepertinya belum ia coba semasa kariernya menjajal dunia akting. Zendaya kudu memproyeksikan diri sebagai atlet tenis kelas kakap dengan kemampuannya yang hebat. Hal ini merupakan tugas berat bagi Zendaya, bahkan ia mention hal tersebut dalam sesi wawancaranya di Academy Conversation.

Zendaya mengatakan bahwa karakter Tashi adalah karakter yang thrilling dan menyeramkan. Namun Zendaya bisa melalui semua hal berat itu. Ia benar-benar mampu masuk ke dalam karakter Tashi yang kompleks, toxic dan obsess dengan olahraga tenis. Bahkan saat menonton filmnya, kita merasa Zendaya adalah atlet sungguhan!

Alur Penuh Sensor

Challengers_Sensor (Copy)

Sebagai informasi, film yang ditulis oleh Justin Kuritzkes memiliki batas usia 18+. Banyak adegan vulgar yang terjadi sepanjang film. Mungkin bagi sebagian negara, hal ini sudah biasa, namun ketika masuk ke Indonesia, film ini jadi seperti alarm besar untuk lembaga sensor film Indonesia karena harus memotong banyak adegan.

Beruntungnya hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi alur kisahnya. Alurnya masih bisa dinikmati meski kita tidak melihat apa yang terjadi dalam adegan yang di sensor atau dipotong. Meski sudah mendapat potongan tersebut, saya yakin masih ada saja sebagian besar penonton yang kurang nyaman ketika melihat beberapa adegan bergairah sepanjang film.

Ending yang Terlalu Lama

Challengers_Ending (Copy)

Dalam bagian akhir film ketika Patrick dan Art dipertemukan dalam babak final, banyak adegan yang dibuat slow-motion. Apabila hal itu terjadi untuk beberapa detik, saya yakin para penonton tidak akan terganggu; namun apa yang terjadi apabila adegan dibuat lambat untuk beberapa menit. Jelas itu akan sangat mengganggu.

Mungkin hal tersebut sengaja dibuat oleh sang sutradara untuk membangun efek dramatis. Alih-alih tegang, para penonton malah jadi sangat bosan dan akan berteriak ‘lama sekali’. Belum lagi film ditutup dengan akhir yang menurut saya masih menggantung. Saya tidak bisa memberitahu bagaimana endingnya, teman-teman harus menontonnya sendiri.

Film ini akan sangat seru bagi para penggemar olahraga tenis yang sekaligus doyan dengan drama di dalamnya, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang yang awam dengan tenis pun akan menyukai film berdurasi 131 menit tersebut. Showpoiler memberi skor 3/5 untuk film yang dibintangi oleh Zendaya, Josh O'Connor dan Mike Faist  ini.

Jika kamu ingin meminta rekomendasi film atau pertanyaan seputar film lainnya, silakan tanyakan kepada kami di Instagram, atau Twitter. Kami akan dengan senang hati menjawabnya!
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram