Sinopsis & Review Joker: Folie à Deux, Joker atau Arthur Fleck?


Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Kehadiran Lady Gaga sebagai Harley Quinn disambut antusias oleh para penggemar, yang penasaran dengan kelanjutan kisah Joker setelah kesuksesan film pertamanya. Namun, ada juga yang tak menyukai ide untuk melanjutkan kisah Arthur Fleck ini.
Di akhir film pertama, Arthur Fleck berhasil membangkitkan personanya sebagai Joker dan menginspirasi banyak warga Gotham. Namun, ia tetap ditangkap oleh pihak berwenang dan dijatuhi hukuman atas kejahatannya. Lalu, bagaimana kelanjutan kisah Arthur di film kedua ini? Simak sinopsis dan ulasannya berikut!
Sinopsis

Tahun Rilis | 2024 |
Genre | Crime, Drama, Musical, Romance, Thriller |
Sutradara | Todd Phillips |
Pemeran | Joaquin Phoenix Lady Gaga |
Review | Baca di sini |
Setelah bertahun-tahun mendekam di penjara Arkham karena membunuh pembawa acara televisi, Murray Franklin, dan empat orang lainnya secara brutal, Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) menjalani hidup sebagai tahanan teladan. Selama di sana, ia tidak pernah menunjukkan sikap kurang ajar dan bahkan sering melontarkan lelucon untuk menghibur para tahanan dan sipir.
Namun, selama itu pula jati dirinya sebagai Joker tidak pernah muncul. Pengacaranya, Maryanne Stewart (Catherine Keener), bahkan mengira Arthur memiliki kepribadian ganda dan menggunakan asumsi ini sebagai upaya untuk meringankan hukuman Arthur di persidangan, juga untuk memindahkannya ke bangsal psikiatri.
Meski publik masih mengagumi sosok Joker, Arthur tidak peduli dengan pendapat orang lain. Ketidakpedulian ini berubah saat ia bertemu Harleen "Lee" Quinzel (Lady Gaga) di latihan paduan suara penjara. Lee mengaku bahwa Joker telah mengubah hidupnya, dan pertemuan itu membuat Arthur tertarik.
Arthur mulai membuka diri pada Lee, bahkan mengungkapkan bahwa ia telah membunuh ibunya sendiri—menambah daftar korban Joker menjadi enam orang. Ternyata, Lee juga memiliki masa lalu kelam sebagai korban kekerasan orang tua. Kesamaan nasib ini membuat mereka semakin dekat dan memutuskan menjalin hubungan.
Kehadiran Lee membangkitkan kembali jati diri Joker di dalam diri Arthur, terlebih setelah mengetahui bahwa Lee sama ‘gilanya’ dengan Joker ketika pada sutu malam ia membakar sel tahanan, memungkinkan mereka untuk kabur. Meskipun pada akhirnya mereka kembali ditangkap, Arthur merasa hidupnya berwarna kembali.
Ketika Arthur mengikuti wawancara dengan jurnalis Paddy Meyers (Steve Coogan), kepribadiannya sebagai Joker muncul, membuat para penggemarnya bersorak gembira. Namun, Maryanne menyayangkan sikap ini dan memperingatkan hubungan Arthur dengan Lee.
Maryanne juga mengungkap bahwa Lee sebenarnya bukan tahanan, melainkan berasal dari keluarga kaya yang tidak pernah tinggal di lingkungan Arthur.
Merasa dikhianati, Arthur mengonfrontasi Lee, yang dengan jujur mengakui kebohongannya. Anehnya, hal ini malah membuat Arthur semakin menyukai Lee. Lee pun terus mendukung Arthur yang terpuruk karena ancaman hukuman mati, dan berjanji akan selalu mendampinginya di persidangan.
Pada persidangan, masa lalu Arthur kembali menghantuinya ketika satu demi satu saksi dihadirkan untuk melawannya. Para saksi ini seperti mengorek-ngorek masa lalunya yang mengerikan dan menegaskan bahwa Arthur adalah seorang monster. Meski begitu, Arthur berusaha untuk tenang.
Di sisi lain, Lee sangat tidak terima dengan jalannya pengadilan. Ia menyemangati Arthur untuk bangkit, juga membawa kabar mengejutkan bagi sang kekasih: Lee tengah mengandung anak Arthur.
Kabar ini membuat Arthur tergerak. Di tiga persidangan terakhir, ia bangkit dan memecat Maryanne di tengah persidangan, lalu memilih untuk membela dirinya sendiri. Hal ini menimbulkan kehebohan, membuat para pendukung Joker kembali bersemangat, termasuk teman-temannya di penjara.
Pada persidangan berikutnya, Arthur tampil sebagai Joker yang karismatik dan berani. Ia membela dirinya dengan memukau, bahkan berani menyindir sipir penjara yang memperlakukannya tidak adil.
Meski persidangan ini diakhiri dengan rasa lega, amarah sipir di penjara tak terbendung. Jackie Sullivan (Brendan Gleeson), sipir terdekat Arthur, murka dan menghukumnya habis-habisan saat ia kembali ke sel. Tak hanya itu, mereka bahkan membunuh tetangga sel Arthur yang mencoba membelanya.
Peristiwa ini menimbulkan pergolakan batin dalam diri Arthur. Ia pun kembali kebingungan: apakah tetap menjadi Arthur Fleck yang lemah namun menjaga orang terdekatnya aman, atau kembali menjadi Joker yang berani membela dirinya dan mengambil resiko? Padahal, sidang putusan akhir sudah di depan matanya.
Plotnya Berbelit-Belit

Ketika menonton, saya terus mempertanyakan ke mana Todd Phillips dan tim penulis membawa alur Joker: Folie à Deux. Awalnya, saya menduga film ini akan mengeksplorasi kisah romansa antara Arthur Fleck dan Lee Quinzel. Namun, menjelang pertengahan, plot lebih berfokus pada kebingungan Arthur dalam memilih identitas.
Ketidakjelasan ini diperburuk oleh imajinasi-imajinasi Arthur tentang Joker yang mencerminkan realitas emosionalnya, membuat saya semakin sulit menangkap esensi cerita yang ingin disampaikan. Pendekatan ini terasa jauh berbeda dari film Joker pertama, yang meski memiliki premis sederhana, tetap sukses membangun roller coaster psikologis yang intens.
Berbumbu Musikal

Awalnya, saya tidak terlalu mempercayai sindiran para penggemar yang menyebut film ini sebagai "Joker: A Star Is Born" hanya karena kehadiran Lady Gaga. Namun, ternyata dugaan itu ada benarnya. Meskipun bukan sepenuhnya bergenre musikal, saya tidak menduga Joker dan Harley Quinn benar-benar akan bernyanyi dan menari untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Tak heran di awal film ditampilkan cuplikan kisah Joker versi kartun—ternyata ini merupakan foreshadowing elemen musikal juga konflik yang akan hadir sepanjang cerita. Hebatnya, penampilan Phoenix dan Gaga terasa begitu solid saat membawakan setiap lagu, dan tim pengarah musik berhasil menyusun aransemen yang selaras dengan karakter Joker dan Harley Quinn.
Kurangnya Api Semangat Joker

Ada beberapa elemen yang hilang di film kedua Joker ini, yang membuat saya sedikit kecewa. Saya tak lagi merasakan bara semangat Joker saat menghadapi orang-orang yang mengintimidasinya, karena keberanian itu hanya muncul dalam imajinasi Arthur Fleck.
Satu-satunya momen di mana ia menampilkan semangat Joker adalah saat dua persidangan terakhirnya, ketika Arthur dengan tegas memecat pengacaranya karena muak dengan siasat Maryanne yang cenderung merendahkannya sebagai Arthur Fleck.
Selain adegan ini, adegan-adegan lain yang seharusnya menunjukkan karakter Joker justru terasa hambar dan kehilangan daya tarik.

Kerumitan plot yang dihadirkan oleh Todd Phillips membuat Joker: Folie à Deux terasa jauh dari kualitas film pertamanya. Terlalu banyak konflik penting yang ditampilkan hingga menyulitkan saya menangkap esensi ceritanya.
Meski demikian, keputusan untuk menambahkan elemen musikal, meskipun terasa aneh, memberikan angin segar tersendiri. Terlebih, penampilan menyanyi Joaquin Phoenix dan Lady Gaga yang memukau tidak membuat karakter mereka sebagai Joker dan Harley Quinn melenceng.
Saya sendiri masih ragu apakah ini akan menjadi akhir dari kisah Joker atau tidak. Namun, pada akhirnya, saya menyadari bahwa Joker bukanlah satu individu, melainkan persona yang mewakili orang-orang seperti Arthur. Warisan Joker akan terus ada di kota Gotham, meski bukan lagi diwujudkan oleh Arthur Fleck.