logo web

Sinopsis & Review Let Him Go (2020), Misi Menyelamatkan Cucu

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Let Him Go
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Berduka atas kematian putranya, seorang mantan sheriff dan istrinya melakukan perjalanan jauh demi bertemu cucu kesayangannya.

Satu hal yang menjadi halangan terberat adalah keluarga dari suami baru mantan menantunya kini adalah keluarga kasar yang memiliki reputasi buruk di daerahnya. Tak ada jalan lain bagi mereka kecuali menjemputnya secara paksa.

Let Him Go adalah film drama thriller dengan nuansa neo-western karya Thomas Bezucha yang dirilis oleh Focus Features pada 6 November 2020. Merupakan adaptasi novel karya Larry Watson, film ini dibintangi oleh Kevin Costner dan Diane Lane sebagai pemeran utamanya.

Apakah perpaduan mereka bisa menghasilkan drama dengan latar waktu 1960an yang memikat? Simak review berikut dari film yang menjadikan kaki pegunungan Rocky di Calgary sebagai lokasi syutingnya ini.

Sinopsis

Sinopsis

Montana, tahun 1961. Pensiunan sheriff George Blackledge hidup bahagia bersama istrinya, Margaret. Beserta mereka juga ada James, putra satu-satunya, dan istrinya, Lorna.

Mereka memiliki seorang bayi yang diberi nama Jimmy. Hingga suatu hari George menemukan James tergeletak di tepi sungai tak bernyawa karena terjatuh dari kuda yang mematahkan lehernya.

Dua tahun kemudian Lorna menikah dengan Donnie Weboy. George dan Margaret mengantar Jimmy untuk tinggal bersama ibunya. Suatu hari, Margaret melihat mereka bertiga di jalan. Saat es krim Jimmy jatuh, Donnie memarahinya. Dan begitu Lorna membela Jimmy, Donnie memukul istrinya tersebut.

Margaret kaget. Dia kemudian membuat kue untuk diantar ke rumah Lorna. Tapi ternyata Lorna sudah pindah. Merasa khawatir, Margaret menyiapkan barang-barang yang diperlukan dan dimasukkan ke dalam mobil.

George yang baru pulang mendengar penjelasan Margaret bahwa dia ingin membawa Jimmy dari mereka. Meski merasa enggan, George akhirnya ikut serta. George dan Margaret mendatangi kantor sheriff untuk mendapatkan keterangan tentang Donnie dan Lorna.

Setelah menginap semalam di kantor sheriff, mereka melanjutkan perjalanan ke Forsyth untuk menemui salah satu anggota keluarga Weboy yang memiliki toko senjata api. Atas arahannya, mereka melanjutkan perjalanan ke Gladstone, North Dakota.

George sempat marah kepada Margaret karena membawa pistol di dalam mobil. Tapi dia tetap menyimpannya, dengan alasan jika suatu saat nanti dibutuhkan. Sebelum mencapai Gladstone, mereka berhenti di alam terbuka dengan niat bermalam di sana.

Mereka bertemu dengan seorang warga lokal dari suku Indian bernama Peter yang mengarahkan mereka untuk menemui Bill Weboy. Sampai di rumah Bill, paman Donnie, mereka berdua diundang untuk makan malam di rumah Blanche, ibu Donnie.

Sesampainya disana, George dan Margaret diajak berbincang oleh Blanche dengan nada penuh sindiran. Tidak berapa lama, Donnie, Lorna dan Jimmy datang. Hanya sesaat melepas rindu, Blanche menyuruh Jimmy dan Lorna segera ke kamar tidur.

Merasa Lorna dan Jimmy di bawah tekanan keluarga Weboy, George dan Margaret datang ke tempat kerja Lorna dan mengajaknya bertemu ketika jam makan siang. Margaret memberitahu rencananya untuk membawa Jimmy. Meski Lorna sempat menolak, dia menyetujui usulan ibu dari mendiang suaminya itu.

George dan Margaret terus menunggu kedatangan Lorna, namun yang hadir justru keluarga Weboy yang kemudian menyakiti George dengan memotong beberapa jarinya dengan kapak.

Setelah dilarikan ke rumah sakit, sheriff setempat datang menjenguk dan menyuruh mereka untuk pulang ke rumah saja. Mereka dianggap bersalah dan keluarga Weboy hanya membela diri.

Margaret mengemudikan mobil dalam perjalanan pulang. Namun George meminta mereka untuk berhenti sebentar. Margaret membawa George ke rumah Peter untuk beristirahat agar cepat pulih dari sakitnya.

Margaret mengajukan ide untuk membangun rumah di dekat Peter untuk mereka tinggali sehingga tidak jauh dari Jimmy berada. Tapi George menyangkal ide gila ini.

George menyelinap keluar di tengah malam menuju rumah keluarga Weboy seorang diri. Margaret dan Peter menyusul melalui jalan lain dengan mengendarai kuda.

Dengan membawa senapan, George menodongkannya kepada Donnie yang tidak berdaya saat Lorna dan Jimmy keluar dari rumah. Anggota keluarga lain terbangun karena melihat salah satu sudut rumah mereka terbakar.

Akhirnya seluruh anggota keluarga Weboy terbangun dan menyadari bahwa George berusaha membawa lari Jimmy. Blanche menembak George.

Akankah Margaret datang tepat waktu untuk menyelamatkan suami dan cucunya? Tonton terus keseruan film ini hingga akhir dan bersiaplah untuk meredam tangis saat sampai di penghujungnya.

Drama Penuh Kedewasaan

Drama Penuh Kedewasaan

Hal pertama yang kita tangkap dari beberapa adegan pembuka film, kita langsung merasakan rasa nuansa kedewasaan di dalamnya. Tidak seperti film lain yang memaparkan jalan ceritanya dengan bercerita, Let Him Go justru menempatkan kita seolah sedang berada bersama karakternya, bukan diceritakan olehnya.

Lebih banyak menggunakan bahasa gambar dan gesture para pemerannya, tone film berdurasi 1 jam 53 menit ini terasa seperti film-film karya Terrence Malick atau Clint Eastwood. Tidak banyak dialog, lebih banyak diam dan mengandalkan ekspresi, mungkin membuat kening kita sedikit mengernyit.

Namun beberapa saat kemudian kita langsung bisa merasakan apa yang mereka rasa, bukan hanya memahaminya saja. Teknik ini terbukti efektif pada film ini. Tanpa harus memperlihatkan adegan penuh tangis, kita sudah bisa merasakan duka mendalam di hati George dan Margaret.

Dan ketika Margaret melihat Jimmy diperlakukan dengan kasar oleh Donnie dari dalam mobilnya, dengan tidak adanya satu suara pun yang terdengar, kita tetap dibuat paham.

Justru adegan ini terasa lebih realistis, seolah kita berada di sisi Margaret saat melihatnya. Kekuatan utama film ini memang terletak pada separuh awalnya yang membuat pondasi cerita menjadi kokoh.

Ketegangan yang Mengejutkan

Ketegangan yang Mengejutkan

Lewat bangunan karakter yang bagus di separuh awal film, kita sudah mengerti watak dan sikap George serta Margaret. Dan ketika mereka merencanakan untuk menemukan Jimmy demi melepas kerinduan, George dan Margaret memiliki alasan berbeda.

George mengantar istrinya dengan tujuan menyampaikan salam perpisahan dengan cara yang patut. Sementara Margaret justru ingin “menculik” Jimmy untuk dibawa pulang.

Perbedaan niat ini kemudian bertabrakan di dalam perjalanan dan membuat emosi antara mereka meninggi. Namun karena tingkat kedewasaan dan pengalaman hidup yang banyak, amarah mereka mudah mereda.

Hal yang tidak diduga, meski sudah disangka, Donnie berasal dari keluarga yang keras. Tapi mereka cukup terkejut, meski tetap berusaha tenang, ketika menyadari keluarga Weboy adalah sejenis mafia dengan reputasi yang buruk di North Dakota.

Dan ketika mereka berdua berurusan dengan keluarga ini, sudah pasti hal yang buruk akan menimpa mereka. Ketahuan hendak menculik Lorna dan Jimmy, keluarga Weboy melakukan kekerasan kepada George dan Margaret di penginapan.

Satu hal yang sangat mengejutkan, benar-benar mengejutkan, adalah saat Donnie memotong jari-jari tangan George dengan kapak. Tidak ada erangan atau rintihan dari George. Sesaat semua diam.

Teriakan Margaret memecah suasana ketika George terjatuh lemas ke lantai. Dan dengan dinginnya, keluarga Weboy langsung pergi dengan tenang. Bill sempat memberikan handuk kepada Margaret untuk menekan luka George.

Mulai dari sini tensi film agak sedikit menurun meski masih menyimpan potensi untuk naik lagi di adegan puncaknya. Margaret dan George melakukan perenungan dalam perjalanan pulang dan singgah di rumah Peter yang juga memberikan sedikit bimbingan rohani. Hasil kontemplasi inilah yang membuat George menuntaskan misi yang sudah dimulainya.

Penuh Sinematografi yang Menyegarkan

Penuh Sinematografi yang Menyegarkan

Sebenarnya, memadukan drama yang tenang dengan kisah balas dendam penuh ketegangan adalah tugas yang sulit bagi penulis cerita. Mungkin banyak hal yang membuat jalan ceritanya timpang.

Tapi semua ini tidak menjadi masalah yang besar ketika akting pemerannya mampu mengawal jalan cerita dengan baik secara keseluruhan.

Kharisma Kevin Costner dan pesona Diane Lane terasa sangat kuat disini. Meski lebih banyak diam, Kevin Costner berhasil menggambarkan George sebagai suami yang sangat menyayangi istrinya. Dia langsung melindungi istrinya setiap kali situasi memanas.

Sementara Diane Lane berhasil menggambarkan Margaret yang berhati lembut namun memiliki tekad yang kuat. Diceritakan dia pernah menenangkan kuda yang hendak ditembak mati dimana dia membisikkan momen-momen yang indah pada kuda itu. Hal ini dia lakukan sekali lagi menjelang akhir film yang membuat ketegaran hati siapapun akan runtuh melihatnya.

Dengan latar lokasi di kawasan pegunungan Rocky, tentu saja film ini menawarkan sinematografi yang menyegarkan, penuh dengan panorama alam yang menenangkan. Kerja Guy Godfree sangat apik, baik dalam hal pewarnaan dan pencahayaan, juga ketika mengambil lansekap pegunungan secara luas.

Let Him Go berusaha memadukan drama yang penuh kedewasaan dengan aksi balas dendam yang menegangkan. Mungkin akan terlihat timpang, namun semua terasa seimbang berkat penampilan apik Kevin Costner dan Diane Lane. Chemistry yang pernah mereka tampilkan di film Man of Steel (2013), sukses mereka ulangi lagi di film ini.

Sempat tertunda penayangannya karena pandemi Covid-19, film ini memang terasa khusus ditujukan untuk penonton dewasa karena beratnya makna di dalamnya.

Berhasil memberikan warna tersendiri di genre drama, film ini sangat layak untuk kita tonton. Bagi yang belum sempat menyaksikannya, kini sudah tersedia di Netflix. Selamat menonton!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram