Sinopsis & Review Longlegs, Misteri Kematian Keluarga di Oregon
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Disebut sebagai versi modern The Silence of the Lambs, film serial killer yang diperankan oleh Nicholas Cage ini cukup booming di fase promosinya. Banyak kritikus memuji film karya Osgood Perkins ini, dari segi cerita hingga penampilan para aktor dan aktrisnya, membuat publik semakin penasaran dengan kisah Longlegs.
Oz Perkins, begitu ia kerap disapa, merupakan penggiat film horor kontemporer. Beberapa karyanya seperti The Blackcoat's Daughter, I Am the Pretty Thing That Lives in the House, serta Gretel & Hansel, dikenal dengan gaya slow burn yang membangun kengerian secara perlahan namun semakin intens menjelang akhir.
Longlegs sendiri adalah film keempat Perkins, di mana ia bereksperimen dengan memadukan elemen horor, psikologis, dan kriminal. Film ini bahkan lebih fokus pada cerita kriminal, membuatnya sering dibandingkan dengan The Silence of the Lambs dan Se7en.
Seperti apa narasi yang dibangun oleh Oz Perkins dalam film Longlegs? Yuk, simak sinopsis dan ulasannya dari Showpoiler berikut ini!
Sinopsis
Tahun Rilis | 2024 |
Genre | Crime, Horror, Thriller |
Sutradara | Osgood Perkins |
Pemeran | Maika Monroe Nicolas Cage |
Review | Baca di sini |
Babak pertama berlatar pada tahun 1970an di Oregon, saat seorang gadis muda yang memegang kamera polaroid mendengar suara misterius di belakang rumahnya. Saat mengikuti suara tersebut, ia bertemu dengan pria menyeramkan berwajah pucat dan rambut putih panjang.
Beralih ke tahun 1990-an, seorang agen FBI rookie bernama Lee Harker (Maika Monroe) memiliki kemampuan luar biasa untuk merasakan sesuatu, ketika bertugas ia bahkan mengetahui lokasi seorang pembunuh yang bersembunyi. Tes yang dilakukan pun menunjukkan hasil bahwa Lee memiliki kemampuan intutitif yang kuat bak cenayang.
Lee lantas ditugaskan untuk menangani sebuah kasus yang telah berlangsung selama beberapa dekade di Oregon. Kasus ini terjadi pada beberapa keluarga, di mana para ayah secara misterius membunuh anggota keluarga mereka sebelum akhirnya mengeksekusi diri mereka sendiri.
Dari setiap kasus ini ditemukan juga surat-surat dengan simbol-simbol aneh yang ditandatangani oleh seseorang yang disebut “Longlegs”. Anehnya surat-surat itu tidak cocok dengan tulisan tangan para korban, dan tidak ada tanda-tanda pembobolan di setiap TKP.
Meski penuh misteri, Lee dengan piawai menemukan pola yang sama dari semua kasus tersebut. Rupanya setiap keluarga yang menjadi korban memiliki anak perempuan yang lahir pada tanggal 14, dan pembunuhannya terjadi di sekitar hari ulang tahun mereka. Selain itu, kesamaan kasus-kasus ini juga terletak pada ditemukannya boneka mirip manekin yang tertinggal di TKP.
Lee mencoba menyusun tanggal-tanggal pembunuhan yang sudah terjadi tersebut di kalender, yang ternyata membentuk simbol segitiga terbalik. Simbol ini merupakan simbol pemujaan setan, dan dari situlah ia berkesimpulan bahwa Longlegs (Nicholas Cage) memilih tanggal pembunuhannya untuk menyenangkan iblis.
Namun, ada satu tanggal yang hilang, yakni tanggal 13. Ini berarti target Longlegs selanjutnya adalah keluarga yang merayakan hari ulang tahun putrinya di tanggal 13.
Menggunakan semua petunjuk yang dipunya, Lee dan atasannya, Carter (Blair Underwood), pun menemukan sebuah gudang terbengkalai yang dipercaya merupakan tempat pemujaan setan Longlegs. Benar saja, ketika diperiksa mereka menemukan sebuah boneka terkubur di sana. Boneka ini berisi sebuah bola logam aneh di dalam kepalanya.
Ketika Lee menyentuh bola itu, anehnya ia mendapatkan penglihatan yang mengerikan. Hal inilah yang membuat Lee menduga bahwa boneka tersebut disisipi ilmu hitam oleh Longlegs, yang digunakan untuk mencuci otak para korbannya.
Tak lama setelah kejadian itu, Lee ditugaskan oleh Carter untuk mengunjugi rumah ibunya. Ini karena Carter menemukan data bahwa Lee lahir di tanggal 14 dan sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-9, ibu dari Lee, Ruth (Alicia Witt), menelepon pihak kepolisian akan kedatangan seorang pria aneh ke rumah mereka di tahun 1970an.
Lee kaget bukan main dengan perintah ini, ia tidak punya ingatan apa pun tentang masa lalunya. Tapi ternyata ia berkaitan sendiri dengan Longlegs? Meski tidak percaya, ia tetap melaksanakan tugasnya dan pulang ke rumah masa kecilnya dulu.
Benar saja, Ruth ada di sana, dengan tatapan kosong namun masih nyambung untuk berkomunikasi dengan Lee. Meski tidak menjawab pertanyaan Lee tentang seorang pria pria pucat berambut gondrong putih yang dideskripsikan FBI, Ruth mengatakan bahwa barang-barang Lee sejak kecil tak pernah ia buang.
Lee bergegas mengotak-atik barang-barang miliknya dulu dan saat melihat koleksi foto polaroidnya, ia pun menemukan selembar foto yang mengabadikan wajah pria yang persis seperti deskripsi Longlegs. Ya, ternyata Lee pernah didatangi oleh Longlegs dulu dan Ruth melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian!
Setelah ditemukan wajah asli Longlegs, tak butuh waktu lama bagi kepolisian untuk menyekap si pembunuh berantai dengan nama asli Dale Ferdinand Cobble itu. Longlegs juga langsung berhadapan dengan Lee untuk interogasi, dan tampaknya ia tahu menahu soal kehidupan Lee.
Di akhir perbincangan, Longlegs menyuruh Lee mempertanyakan keterlibatan ibunya dengan kasus ini, membuat Lee kaget bukan main. Tak lama, si penjahat pun membenturkan wajahnya sendiri berkali-kali ke meja dan tewas.
Ditemani oleh Browning (Michelle Choi-Lee), rekannya di FBI, Lee kembali ke rumah ibunya dengan perasaan campur aduk. Lee pun menyusuri rumah sang ibu hanya untuk menyaksikan Ruth membunuh Browing yang berjaga di mobil. Ruth kemudian menghancurkan kepala boneka yang wajahnya meyerupai Lee saat masih kecil, dan aksi ini membuat Lee pingsan.
Terungkap bahwa Ruth telah membantu Longlegs sejak pertemuan Lee dengan pria itu saat berusia 9 tahun. Longlegs yang merupakan seorang pengrajin boneka, awalnya beriat untuk membunuh Lee. Namun, Ruth berhasil menghentikan aksi tersebut dan menawarkan perjanjian untuk melakukan apa pun yang Longlegs perintahkan sebagai ganti nyawa putrinya.
Longlegs juga selama ini tinggal di ruang bawah tanah kediaman Ruth, tempatnya membuat boneka yang diresapi dengan syair-syair ilmu hitamnya. Boneka tersebut kemudian dikirimkan oleh Ruth kepada keluarga korban dengan menyamar sebagai seorang biarawati.
Kembali ke Lee, ia terbangun di ruang bawah tanah dan mendengar suara seseorang di telepon yang mengatakan bahwa ia terlambat datang ke pesta Ruby, putri dari Carter.
Menyadari Ruby akan genap berusia sembilan tahun pada hari itu, Lee sadar bahwa kematian putri dari atasannya itu akan melengkapi segitiga Longlegs. Tanpa pikir panjang, Lee langsung tancap gas menuju kediaman Carter.
Sayangnya Lee sedikit terlambat, Ruth sudah berada di sana dan keluarga Carter sudah dirasuki oleh boneka buatan Longlegs. Setelah Carter membunuh istrinya, Lee pun menembak Carter demi melindungi Ruby. Lee juga menembak dan membunuh Ruth karena ibunya itu mencoba menikamnya dengan belati.
Tak lupa Lee berusaha menghancurkan boneka kiriman Longles, tetapi sialnya pistol miliknya kehabisan peluru. Ia pun memberi tahu Ruby bahwa mereka harus pergi. Namun Ruby tetap terdiam dan terus menatap boneka itu karena ia mendengar suara Longlegs menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.
Satanisme dan Cuci Otak
Tema satanisme, atau keinginan membunuh yang dipengaruhi oleh bisikan setan bukanlah hal baru di film-film sejenis. Longlegs pun sama, trope ini diambil oleh Oz Perkins sebagai motivasi si pembunuh berantai untuk mengeksekusi para korbannya, namun bedanya Longlegs tak melakukan leg work.
Yang perlu ia lakukan hanyalah membisikan syair-syair ilmu hitam pada boneka buatannya dan meminta Ruth untuk menggantarkan boneka itu pada calon korban. Boneka tersebut akan langsung mencuci otak para anggota keluarga yang menerima.
Sungguh premi yang cerdas, namun bagi saya ada celah tentang bagaimana boneka tersebut bisa dengan cepat mencuci otak para korban. Celah horor dan supernatural ini mungkin yang membuat Longlegs kurang layak disandingkan dengan Se7en dan The Silence of The Lambs dari aspek crime-thiller, di mana para pembunuhnya menuntaskan tugas dengan tangan mereka sendiri.
Bisa jadi ini adalah cara Oz untuk menyelipkan DNA-nya, tapi bagi saya yang menginginkan elemen psikologis dan kekejaman lebih mendalam dari sang serial killer, Longles terlalu overhyped untuk disebut “The Silence of the Lambs versi Modern”. Akan lebih baik bila Longlegs sendiri yang melakukan brainwash pada korbannya ketimbang menggunakan medium boneka.
Audio Visual Menggugah
Sejak awal film, Oz Perkins dan tim produksi menyajikan tontonan yang memikat baik secara visual maupun audial dalam Longlegs.
Di awal cerita, kisah masa lalu Lee yang bertemu Longlegs disajikan dalam frame bujur sangkar, seolah mengajak penonton untuk tak melewatkan tiap adegannya. Sedangkan saat cerita bergeser ke masa kini, frame kembali menjadi persegi panjang, menciptakan suasana yang lebih santai untuk diikuti.
Pujian juga patut dierikan kepada Eugenio Battaglia selaku sound designer. Ia dengan cermat mengeksekusi scoring pada adegan-adegan menegangkan, membuatnya semakin mencekam dan bahkan mengganggu.
Adegan yang tampaknya biasa pun bisa ia sulap menjadi horor dengan scoring yang tajam, seperti pada scene di mana Lee dan Carter mengendarai mobil mereka dan tiba di markas pemujaan setan Longlegs. Adegan ini terasa sedikit berlebihan bagi saya karena tidak memiliki makna mendalam namun ditampilkan dengan ramuan khas Oz Perkins: wide shot, pace lambat; dengan penambahan scoring intens dari Battaglia.
Tapi cara mereka yang sangat “niat” dan detail dalam film ini patut diapresiasi karena berhasil memberikan kesan horor yang pas untuk ukuran film psikologi thriller.
Plot Hole Detektif
Sebagai penggemar kisah detektif, saya agak kecewa dengan kurangnya metode detektif dalam mengungkap identitas Longlegs di film ini. Meskipun Lee Harker berhasil memecahkan teka-teki yang ditinggalkan Longlegs di TKP, kriptogram tersebut tampak tidak memiliki makna selain menunjukkan bahwa pembunuhnya adalah seorang pemuja setan.
Cara Lee menemukan wajah Longlegs pun terkesan hanya karena 'keberuntungan.' Semua itu karena Lee pernah memotret wajah penjahat itu ketika hampir dibunuh saat masih kecil, dan ibunya kebetulan tidak pernah membuang barang-barangnya saat mereka masih tinggal di rumah dulu.
Semua elemen investigasi dalam 30 menit pertama film menjadi kabur dengan dominasi unsur horor satanisme yang lebih menonjol di menit-menit berikutnya. Alasan mengapa Lee tahu bahwa partner Longlegs adalah ibunya sendiri pun keluar dari mulut si pembunuh sendiri, bukan hasil penyelidikan Lee dan FBI. Eksekusi seperti ini terasa kurang memuaskan bagi penggemar puzzle misteri.
Meski begitu, secara keseluruhan Longlegs merupakan angin segar di tahun 2024 karena menawarkan kisah horor psikologis. Dan benar, sisi akting dari film ini sangat memuaskan apalagi penampilan Maika Monroe dan Nicholas Cage, keduanya bisa membawa karakter masing-masing dengan sangat baik.