Sinopsis & Review Film Pearl (2022), Kisah Awal Sang Psikopat
Merasa kesepian hidup di peternakan orang tuanya, Pearl merasa tidak bisa mengejar impiannya sebagai penari. Padahal keinginannya sangat besar untuk menjadi salah satu dari chorus girl yang menghibur warga Amerika di masa itu.
Di saat merasa tertekan, Pearl nekat membunuh semua orang yang menghalangi cita-citanya, termasuk kedua orang tuanya.
Pearl adalah film slasher horror karya Ti West yang dirilis oleh A24 pada 16 September 2022. Merupakan prekuel dari film X (2022), film ini menceritakan origin story dari Pearl sebelum dia menjadi pembunuh sadis.
Lewat film ini, kita dibuat paham akan penyebab gangguan mental yang dialaminya, sehingga dia nekat melakukan pembunuhan untuk pertama kalinya.
Tampil layaknya film-film klasik era 1930an, Pearl termasuk film horor terbaik di tahun 2022. Sebagus apa kualitas film ini? Simak review berikut untuk mendapatkan ulasan lengkapnya.
Sinopsis

Texas, tahun 1918. Amerika sedang dilanda pandemi influenza. Sebuah keluarga imigran dari Jerman hidup di sebuah peternakan di luar kota. Pearl tinggal di sana bersama kedua orang tuanya dimana ayahnya yang lumpuh dirawat oleh ibunya yang mengatur urusan keluarga.
Pearl telah memiliki suami yang kini sedang turun berperang di Eropa. Setiap kali Pearl pergi ke kota untuk menebus obat, dia mampir ke bioskop untuk menonton film.
Terkesima dengan keindahan dunia sinema, dia bercita-cita ingin menjadi salah satu penari dari kelompok tari yang sangat terkenal di Amerika. Tapi, hal itu tidak mungkin terjadi karena hidupnya dibatasi oleh aturan keras dari ibunya.
Di bioskop, Pearl berkenalan dengan petugas pemutar proyektor yang mendorong dirinya untuk mengejar cita-citanya. Merasa termotivasi, Pearl mulai menyusun rencana di dalam benaknya.
Dalam perjalanan pulang, dia berhenti dulu di kebun jagung dan berdansa dengan orang-orangan sawah. Ibunya menyadari bahwa uang kembalian yang dibawa Pearl kurang, lalu menghukumnya dengan tidak boleh makan malam.
Mitsy, adik iparnya, datang berkunjung dan mengabarkan adanya audisi tari untuk mencari penari baru. Pearl berpikir bahwa inilah jalan baginya untuk memulai karier dan pergi dari kampungnya. Di malam hari, Pearl menyelinap keluar rumah dan pergi ke bioskop untuk menemui sang pria petugas proyektor.
Pria itu kemudian menawari Pearl untuk menonton film. Pearl memintanya untuk memutar film tentang penari yang pernah dia tonton, namun pria itu justru memutar film porno dari Eropa.
Sang pria berujar bahwa dia memiliki cita-cita untuk menjadi sineas film jenis baru tersebut yang dianggapnya akan menjadi pendobrak dunia sinema.
Ruth menemukan pamflet audisi tari dan memarahi Pearl. Terjadi perdebatan yang keras antara mereka di meja makan.
Pearl menyerang Ruth dan mendorongnya ke dekat perapian. Baju Ruth pun terkena api yang dengan cepat membakar seluruh tubuhnya. Dengan cepat Pearl menyiramkan kuah sup untuk memadamkan api. Namun semua sudah terlambat.
Ruth sekarat disimpan oleh Pearl di basement dan dia pergi ke kota untuk menemui sang pria di bioskop dan bermalam di sana. Keesokan paginya, sang pria mengantarnya pulang ke rumah.
Dia sempat kaget melihat babi panggang yang sudah diliputi oleh belatung di teras rumah. Dia mulai menjadi curiga ketika Pearl memberikan pernyataan yang tidak konstan.
Ketika sang pria terlihat ragu dan memilih untuk pergi, Pearl segera memburunya dengan garu dan membunuhnya. Setelah itu, dia tenggelamkan sang pria dengan mobilnya ke sungai di mana ada buaya besar menanti.
Untuk menghadiri audisi, Pearl mengenakan gaun merah milik ibunya. Namun sebelum berangkat, dia tidak lupa membunuh ayahnya terlebih dahulu.
Dia bertemu Mitsy di gereja tempat audisi digelar. Saat gilirannya tiba, Pearl memberikan penampilan terbaiknya. Namun dewan juri menolaknya dengan alasan bukan wanita sepertinya yang mereka cari.
Pearl sangat kecewa dan berteriak histeris di hadapan dewan juri. Pearl pulang dengan lesu seorang diri. Mitsy menemukannya di tepi jalan.
Di rumah, Pearl bercerita kepada Mitsy tentang rasa kecewanya yang besar kepada orang tua, suami dan orang-orang yang dianggapnya menghalangi mimpinya. Meski Pearl berjanji tidak akan marah kepada Mitsy yang lolos audisi, Mitsy tetap merasa terintimidasi.
Mitsy berlari keluar rumah dengan diikuti oleh Pearl di belakangnya yang membawa kapak. Apakah Mitsy bisa lolos dari ancaman Pearl? Atau menjadi korban keganasan Pearl selanjutnya? Tonton terus ketegangan film ini hingga akhir dan bersiaplah terkejut dengan adegan terakhirnya.
Penyebab Gangguan Mental yang Meresahkan

Sosok Pearl memang bukanlah sebuah misteri lagi di film ini, kita sudah mengenal kegilaannya dari film X (2022). Namun, yang kita harapkan di film ini adalah pondasi kejiwaan dan alasan dia menjadi sosok pembunuh sadis, calon ikonhoror yang baru.
Dan semua dijawab dengan sangat baik dan memuaskan oleh Ti West sebagai sutradara. Sejak adegan pembuka hingga penutupnya, satu persatu alasan penyebab jiwa Pearl terganggu dipaparkan secara runut. Tekanan dari Ruth, sang ibu, kepada Pearl sepanjang setengah awal film memang cukup keras dan intens.
Dia selalu melarang hal-hal yang disukai oleh Pearl, seperti memakai gaun yang bagus atau menari di depan kaca. Perintah untuk membersihkan kandang, memberi makan ternak atau memandikan ayahnya penuh dengan nada keras. Tentu saja, mental Pearl sangat tertekan karenanya.
Apalagi ketika Ruth meremehkan cita-cita Pearl yang ingin menjadi seorang penari. Dia bahkan merendahkan Pearl dengan mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi bintang seperti yang dia harapkan dan Ruth tidak akan mengizinkannya pergi dari peternakan ini.
Rasa tertekan Pearl membuatnya melakukan hal nekat, meski terkadang dia seperti menyadari bahwa hal itu salah. Di sinilah kekuatan cerita film berdurasi 1 jam 43 menit ini.
Di satu waktu, Pearl sangat sayang kepada orang tuanya, terutama ayahnya yang sering diajak bicara meski tak mendapat balasan serupa. Namun di waktu lain, Pearl sangat benci kepada kedua orang tuanya karena dianggap menghalangi cita-citanya sebagai seorang bintang.
Dan semua ini dipaparkan secara tersirat namun mengena, sehingga menimbulkan rasa penasaran tentang apa yang akan dilakukan oleh Pearl selanjutnya.
Pemikiran Pearl yang penuh kebimbangan membuat jalan ceritanya sulit untuk ditebak, meski kita tahu bahwa pada akhirnya dia akan membunuh semua orang yang menghalanginya. Untung saja para juri audisi tidak menjadi korbannya.
Kaya Visualisasi Mengagumkan

Film dibuka dengan tampilan gambar layaknya film-film era 1930an, baik dari musik, font huruf, hingga sinematografi dengan warna cerah ala Technicolor di era tersebut. Hijau rumput, cat merah peternakan hingga biru langit terlihat sangat memukau seolah membawa kita sedang menyaksikan sebuah film klasik.
Tidak hanya dari pewarnaannya saja yang memikat, namun juga semua sisi teknisnya berhasil membuat film ini kuat akan kesan keautentikannya. Tim produksi mengerjakan semuanya secara detail, dari set lokasi, kostum, hingga semua benda yang sesuai dengan latar waktu kisah ini berada.
Ditambah lagi dengan rentetan dialog antar pemerannya yang lekat dengan gaya berbicara di masa itu. Pemilihan kalimatnya sebenarnya biasa saja, tapi ketika diucapkan oleh para karakternya, terutama Mia Goth sebagai Pearl, sangat mengena seolah kita baru mendengarnya dari film ini saja.
Semua elemen ini pastinya membuat kita sebagai penonton di era modern akan sangat menghormati kejayaan dunia perfilman di era “Golden Age of Hollywood” tersebut.
Dan bukan tidak mungkin, setelah menyimak film ini, kita akan tergerak untuk menonton salah satu film dari era tersebut, contohnya The Wizard of Oz (1939) atau Gone with the Wind (1939).
Penampilan Mia Goth Terbaik

Dan satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah performa total yang apik dari Mia Goth. Selain sebagai pemeran utama, dia juga adalah penulis naskah film ini bersama Ti West.
Mereka menulisnya ketika produksi film X sedang ditunda akibat pandemi Covid-19. Terinspirasi dari peristiwa global ini, mereka memasukkan unsur pandemi ke dalam jalan ceritanya, sehingga menimbulkan kesan yang relevan.
Diperlihatkan di dalam film orang-orang yang berjalan di kota semuanya menggunakan masker, sama seperti yang terjadi pada masa kita sekarang ini. Dan penggunaan masker ini juga dijadikan salah satu unsur untuk menampilkan keseraman dalam salah satu adegannya.
Di film ini, Mia Goth berhasil menampilkan seluruh talenta terbaik yang dia miliki. Selain menulis naskah dengan bangunan cerita yang baik, dia juga membawakan karakter Pearl dengan meyakinkan. Kita dibuat bergidik saat dia tersenyum, karena tidak tahu apa yang sedang berada dalam benaknya.
Meski kita yakin Pearl akan membunuh semua orang yang menghalanginya, tapi kapan dan bagaimana caranya masih sulit ditebak. Kemisteriusan ekspresi Mia Goth menjadi kunci dari jawaban segala pertanyaan yang sungguh sangat sulit untuk diterka.
Ada satu adegan yang sangat unik dan tidak biasa. Menjelang akhir film, Pearl menyambut kedatangan suaminya yang pulang dari medan perang. Dia kemudian tersenyum lebar dan ekspresi ini terus dipertahankan olehnya seiring credit title berjalan. Ada rasa aneh, kemudian kasihan kala melihat air matanya mulai menetes.
Kita mungkin bertanya-tanya maksud dari adegan tersebut. Namun yang pasti, adegan itu menggambarkan kerusakan mental Pearl yang sudah terpatri setelah melakukan berbagai pembunuhan.
Tekanan batin dalam dirinya terlihat jelas, karena yang bisa dia lakukan kini adalah mengurus rumah tangganya, bukan mewujudkan impian sebagai bintang. Kesan inilah yang bisa kita tangkap dari akhir film ini. Dan tentu perasaan kita akan sangat terganggu saat mencoba untuk mengingat lagi adegan senyuman Pearl tersebut.
Apalagi di penghujung film itu, diperlihatkan kesadisan Pearl dalam memutilasi Mitsy secara jelas. Ini adalah jawaban atas pertanyaan yang ada di benak penonton karena kesadisan Pearl seolah kurang maksimal di dalam filmnya.
Pearl telah berhasil membuktikan kapasitas Ti West sebagai seorang sineas spesialis film horor. Dan pencapaian terbaiknya ini hanyalah sebuah awal dari franchise horor yang sedang dibangunnya.
Kolaborasinya dengan Mia Goth dalam menyajikan kesadisan Pearl dengan performa terbaiknya, menjanjikan karakter ini akan menjadi ikonhoror di perfilman modern.
Dengan bangunan cerita yang baik dan penggambaran sebab kerusakan mental yang dituturkan dengan apik, membuat karakter Pearl tampil lebih meyakinkan dibandingkan ikon horor pendahulunya, seperti Jason Vorhees, Michael Myers dan Leatherface.
Jika franchise ini diteruskan dengan tetap menjaga kualitas yang sudah ada, bukan tidak mungkin Pearl akan menjadi sebuah ikonhoror legendaris juga.
Termasuk salah satu film terbaik di tahun 2022, bahkan kabarnya Mia Goth berpeluang besar masuk bursa Oscar, film ini sangat wajib kalian tonton. Bagi penikmat film slasher horror, kalian akan rugi jika tidak menyimak film ini. Selamat menonton, ya!
