logo web

Review Film Spider-Man: Across the Spider-Verse (2023)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Spider-Man: Across the Spider-Verse
4.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Lama tidak berjumpa, Gwen Stacy dari semesta lain mengajak Miles Morales bergabung ke dalam Spider Society. Mengalami pergulatan batin dengan konsep para Spider-People di dalamnya, Miles tidak menyadari kekuatan yang sedang dibangun oleh The Spot, musuh besarnya.

Berusaha kembali ke semestanya, Miles justru menemukan banyak fakta lain yang terungkap tentang dunia multiverse ini.

Spider-Man: Across the Spider-Verse adalah film animasi superhero yang disutradarai oleh Joaquim Dos Santos, Kemp Powers dan Justin K. Thompson yang dirilis oleh Sony Pictures pada 2 Juni 2023.

Melanjutkan kisah di film Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018), Miles Morales berpetualang di dunia multiverse dan bertemu lebih banyak varian Spider-Man dalam perjalanannya.

Mengingat film pertamanya sukses besar secara kualitas juga dari sisi komersilnya, apakah film ini bisa menyamai pencapaian film pemenang Oscar tersebut? Untuk mengetahuinya lebih mendalam, simak review berikut terlebih dahulu, ya!

Sinopsis

Spider-Man Across the Spider-Verse__

Gwen Stacy menjalani hidupnya sebagai Spider-Woman dalam buruan George Stacy, seorang kapten polisi yang juga adalah ayahnya sendiri.

Hal ini terjadi karena ketika Peter Parker berubah menjadi Lizard setelah meminum cairan kimia, aksi pengrusakannya dihentikan oleh Spider-Woman. Dan ketika Gwen mengetahui identitas asli Lizard, Kapten George melihatnya berada di sisi Peter yang tewas.

Setelahnya, George terobsesi untuk menangkap Spider-Woman yang dianggapnya sebagai pembunuh Peter.

Di tengah kesendiriannya karena tidak mendapat dukungan moral, Gwen akhirnya membuka identitasnya kepada sang ayah ketika bertarung melawan Vulture dari semesta Renaissance. Aksi Gwen ini dibantu oleh Spider-Man 2099 dan Spider-Woman dari semesta lain.

Setelah berhasil meringkus Vulture, dua Spider-Man dari semesta berbeda ini akhirnya mengajak Gwen yang langsung mengenakan jam tangan penembus semesta. Dia meninggalkan ayahnya yang masih terpaku menyadari kepergian Gwen.

Sementara itu, Miles Morales menjalani kehidupannya sebagai Spider-Man dan pelajar di kota New York. Dia keteteran menghadiri kelas di sekolah karena mengutamakan perannya sebagai Spider-Man.

Bahkan ketika waktunya menghadiri wawancara penting untuk menuju jenjang pendidikan di universitas, dia terlambat datang dan segera pergi memburu The Spot.

Bertarung dengan The Spot memang sudah berlangsung sebelum Miles sampai di sekolahnya dan terus berlanjut setelah dia keluar dari ruang wawancara itu. Ayah Miles pun turut melakukan pengejaran dan berusaha membantu Spider-Man namun malah merepotkan saja.

Setelah The Spot berhasil diringkus, terjadi obrolan singkat namun mendalam antara Spider-Man dan Davis yang tidak tahu bahwa superhero itu adalah Miles.

Meski memberi saran yang bagus kepada Davis, nyatanya Miles terlambat datang ke pesta perayaan yang diselenggarakan ayahnya. Dia bertengkar dan dimarahi oleh orang tuanya yang membuatnya dihukum tidak boleh keluar rumah selama sebulan.

Sesampai di rumah, Miles merasa rindu dengan Gwen yang rasanya tidak akan mungkin dia temui lagi. Tapi mendadak Gwen muncul!

Dia mengajak Miles pergi dari rumah. Mereka berayun-ayun di tengah kota sambil Gwen menceritakan perasaannya serta aktivitasnya di Spider Society. Miles tertarik untuk bergabung dan Gwen pun dengan senang hati mengajaknya.

Miles berkenalan dengan banyak Spider-Man yang memiliki penampilan dan karakter yang unik. Ada Spider-Man India dari Mumbattan, Spider-Punk dari Inggris, Scarlet Spider, Spider-Byte, dan masih banyak lagi. Kelompok ini dipimpin oleh Miguel O’Hara atau Spider-Man 2099 dengan penampilan dan keahlian seperti ninja vampire.

Namun setelah berada di tengah-tengah para Spider-Man dari banyak semesta berbeda tersebut, Miles justru berseteru dengan Spider-Man 2099. Miles tidak setuju dengan fakta bahwa setiap Spider-Man dari semua semesta pasti kehilangan orang yang sangat disayanginya. Termasuk di dalamnya adalah Paman Ben dan Kapten George Stacy.

Dan tugas Spider Society adalah menjaga agar alur kehidupan di semua semesta ini tetap berjalan seperti seharusnya. Di semesta yang dihuni Miles, ayahnya segera naik pangkat menjadi kapten dan terancam dengan takdir yang melekat pada setiap Spider-Man tersebut. Miles memberontak dan berusaha melarikan diri untuk kembali ke semestanya.

Terjadi pengejaran masal yang melibatkan ratusan Spider-Man. Gwen berusaha membantu Miles dengan mengajak beberapa Spider-Man di sisinya.

Dan, Miles berhasil kembali ke semestanya untuk meminta maaf pada ibunya dan memberi tahu identitasnya sebagai Spider-Man. Tapi dia bertemu dengan pamannya, Aaron, dan menyadari bahwa ayahnya telah tiada.

Apakah Miles berada di semesta lain? Bagaimana dia menghadapi musuh besarnya di semesta yang tidak memiliki Spider-Man itu? Jawabannya akan kalian dapatkan secara tersirat dengan menonton film ini hingga selesai. Tidak seperti film pertamanya, tidak ada adegan post-credit di film ini, ya!

Animasi Ekspresif Selayak Lukisan Karya Seni

Animasi Ekspresif Selayak Lukisan Karya Seni_

Film Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018) sukses meraih Oscar di kategori Best Animated Feature selaras dengan kemenangan di berbagai penghargaan film besar lainnya.

Hal ini membuktikan kualitas animasi mumpuni yang dimiliki filmnya. Sudah sepantasnya film sekuel ini mengemban beban berat untuk minimal menyamai pencapaian film pertamanya tersebut.

Seolah memiliki gudang ide yang tak bertepi, animasi di film Spider-Man: Across the Spider-Verse tampil lebih dahsyat dan kreatif. Tidak hanya gambar karakternya yang semakin halus dan luwes, tapi hingga tampilan kota-kota di berbagai semesta yang menjadi latar belakangnya disajikan dengan cermat.

Sejak adegan pembuka, kita sudah merasakan keresahan hati dan pergolakan jiwa Gwen sebagai salah satu karakter utamanya.

Berkat lukisan ekspresi pada wajah Gwen, juga George, kita langsung bisa menyelami alam perasaan mereka. Betapa beratnya beban Gwen menyimpan identitas sebagai Spider-Woman dan betapa terkejutnya sang ayah mengetahui rahasia itu.

Satu hal yang menarik, animasi yang menjadi latar belakang adegannya tidak statis dan baku. Jika kita perhatikan, di adegan ketika Gwen bertemu lagi dengan ayahnya, animasi background itu ikut bergerak mengiringi perasaan karakternya.

Pewarnaan dan motifnya tampil kelam saat Gwen mencurahkan isi hatinya dan menjadi cerah ceria sesaat mereka berdua saling memaafkan.

Selain itu, kita juga disuguhkan oleh ragam latar belakang kota dari berbagai semesta yang berbeda karakteristik. Earth-65 yang didiami oleh Gwen tampil seperti lukisan cat air dengan gaya impresionistis.

Lalu, Earth-50101 menampilkan kombinasi kota Mumbai dan Manhattan yang disebut sebagai Mumbattan, semesta dimana Spider-Man India hidup.

Ada juga kota Nueva York yang menjadi tempat tinggal Spider-Man 2099. Kota ini digambarkan sangat futuristik dan menjadi markas besar Spider Society.

Masih ada lagi kota New London yang bergaya pseudo-punk tempat Spider-Punk yang menjadikan gitar sebagai senjata utamanya. Dan di akhir film, kita diperlihatkan semesta yang kelam di Earth-42 tempat laba-laba yang menggigit Miles berasal.

Di luar 6 semesta yang ditampilkan di film berdurasi 2 jam 20 menit ini, ada beberapa semesta lain yang ditampilkan secara sekilas. Ada yang seperti gambar komik, dunia LEGO, live-action di toko Mrs. Chen dari Sony’s Spider-Man Universe dan Marvel Cinematic Universe yang diwakili oleh Aaron Davis dari Spider-Man: Homecoming (2017).

Dengan segala keragaman animasi yang menggambarkan perbedaan karakteristik semesta ini, kita dibuat terperangah di sepanjang filmnya.

Kedalaman Cerita yang Menyentuh Hati

Kedalaman Cerita yang Menyentuh Hati_

Cerita film ini mampu menyentuh hati kita dengan cepat sejak adegan pembuka. Lewat narasi Gwen yang singkat dan padat, kita bisa langsung memahami perasaannya dan turut merasakan kesepian hatinya. Di sini ada pergulatan batin antara Gwen dan ayahnya saat identitas Spider-Woman ini dia buka.

Dan, ketika cerita berpindah ke jalur utamanya, yaitu perjalanan Miles Morales sebagai Spider-Man dan pelajar, kita pun langsung bisa menangkap masalah yang sama dengan yang dirasakan Gwen.

Bedanya, kisah Miles dipaparkan dengan dinamis dan penuh kelucuan yang segar. Kita juga disuguhkan pergulatan batin sang ayah terhadap Miles yang tentu saja menginginkan yang terbaik bagi anaknya.

Tidak hanya dua karakter utama ini saja yang digali psikologisnya dengan dalam, kita pun diajak untuk memahami apa yang dirasakan The Spot.

Mulai dari asal mula dia terkena efek dari collider yang dirusak Miles di film pertama, juga ketidakmampuannya mengendalikan kekuatan dan menjadi sosok kriminal. Tapi setelah secara tidak sengaja menemukan inti kekuatannya, dia berubah menjadi sosok berbahaya.

Pemilihan The Spot sebagai supervillain Spider-Man di film ini awalnya sempat diragukan, karena di dunia komik dia hanyalah penjahat kelas dua.

Tapi berkat kelihaian Phil Lord, Christopher Miller dan David Callaham sebagai penulis naskah, kekuatan The Spot terkait dengan baik di kisah multiverse ini sehingga kemampuannya untuk masuk ke lubang waktu sangat berbahaya bagi berbagai semesta ini.

Sekedar bocoran, kita tidak akan mendapatkan konklusi cerita di film ini karena kisahnya masih akan berlanjut dan diakhiri di film Spider-Man: Beyond the Spider-Verse yang akan tayang di tahun 2024. Strategi ini cukup bagus, sehingga membuat kita menginvestasikan rasa penasaran untuk menunggu film pamungkasnya nanti.

Dunia Multiverse Tanpa Batas

sinopsis Spider-Man Across the Spider-Verse_

Jika kita sudah dibuat kagum dan girang dengan aksi tiga Spider-Man di film Spider-Man: No Way Home (2021) yang menggambarkan awal pertumbukan berbagai semesta, maka film ini sudah jauh melampaui batas itu.

Sejak film pertama, kita sudah dikenalkan dengan beberapa Spider-Man dari beragam semesta, dan jumlahnya semakin ditingkatkan di film ini.

Berdasarkan informasi dari kepala animator Sony Pictures Animation, terakhir kali dia menghitung ada 280 karakter Spider-Man yang dihadirkan dan 95 di antaranya mendapat menit kemunculan lebih banyak di dalam film. Perluasan dunia multiverse ini sungguh mengagumkan dan digarap secara detail namun tidak berlebihan.

Semua terasa cukup dan membuat kita dahaga untuk menyaksikannya lagi di film ketiganya nanti. Kita juga diajak jalan-jalan ke beberapa kota dari berbagai semesta yang sudah terbuka dan pasti merasa puas dengan sajian animasi yang ditampilkan.

Spider-Man: Across the Spider-Verse sudah pasti termasuk ke dalam daftar film animasi terbaik di tahun 2023 dan bisa menjadi salah satu film superhero terbaik sepanjang masa. Dengan keragaman animasi, penggalian psikologis para karakter utama, dan adegan aksi yang seru serta memanjakan mata, waktu kita tidak dibuat sia-sia dengan menontonnya.

Tidak terpaku dengan pola film-film superhero pada umumnya, semua didobrak tanpa batas dengan brilian oleh trio sutradaranya.

Memang film ini tidaklah sempurna, tapi kita akan sangat sulit sekali untuk menemukan celah kekurangannya. Semuanya tersaji secara proporsional dengan kualitas cerita dan animasi terbaik yang dilengkapi unsur hiburan dalam kadar yang tinggi.

Sudah siap untuk mengarungi petualangan baru Spider-Man di dunia animasi? Jika sudah menonton film Spider-Man: Into the Spider-Verse, maka kalian bisa langsung melanjutkan petualangan Miles Morales sebagai Spider-Man pengganti Peter Parker di film ini. Jangan sampai dilewatkan, ya! Selamat menonton.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram