showpoiler-logo

Sinopsis & Review Unsane, Terjebak di Rumah Sakit Jiwa

Ditulis oleh Aditya Putra
Unsane
4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Kesehatan mental menjadi masalah serius yang mendapat perhatian lebih di negara-negara maju. Layanan bantuan bagi yang mempunya masalah mental tersedia agar pertolongan bisa segera diberikan. Hal itu dilakukan karena yang menderita masalah mental ada kemungkinan melakukan hal-hal berbahaya yang bisa merugikan kalau nggak segera mendapat bantuan yang tepat.

Nggak jarang masalah mental terbentuk karena adanya trauma di masa lalu. Rasa sakit yang didapat masih membayangi pikiran sehingga dapat menghambat kehidupan sehari-hari. Di film Unsane, Sawyer mengalami masalah mental setelah trauma punya penguntit. Tapi upayanya mengobati kesehatan mentalnya malah membuat dia terjebak di rumah sakit jiwa.

Baca juga: 11 Film Psikologi Terbaik untuk Mengenal Karakter Manusia

Sinopsis

Review Unsane

Sawyer Valentini adalah seorang wanita yang terpaksa harus pindah dari kotanya tinggal di Boston untuk menghindari seorang penguntit. Di kota baru, dia mendapat pekerjaan yang mapan di sebuah bank. Tapi hal itu nggak membuatnya berhasil mengatasi traumanya. Penyebab utama trauma itu adalah penguntit yang membuat hidupnya menderita selama dua tahun.

Sawyer membuat janji temu dengan seorang konselor di Highland Creek Behavior Center yang kebetulan letaknya nggak jauh dari kantor. Dia melakukannya dengan harapan bisa berkonsultasi dengan mudah ketika kondisi mentalnya sedang nggak baik. Pada saat bertemu dengan konselor, Sawyer tanpa sengaja menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa dia secara sukarela akan mendapat perawatan di rumah sakit jiwa selama 24 jam.

Merasa bingung, Sawyer pun melepon polisi. Polisi yang datang nggak bisa berbuat apa-apa ketika melihat dokumen yang ditandatangani oleh Sawyer. Sawyer pun terpaksa harus tinggal di rumah sakit jiwa selama 24 jam. Pada malam harinya, kondisi mental Sawyer memburuk. Dia melampiaskan kemarahannya dengan menyerang seorang pasien dan pegawai rumah sakit jiwa.

Tindakan Sawyer membuatnya terpaksa harus mendapat perawatan lanjutan selama tujuh hari ke depan. Salah seorang psikiater di rumah sakit jiwa semakin yakin bahwa Sawyer punya masalah dengan kondisi mentalnya. Sawyer bertemu pasien lain, Nate Hoffman. Hoffman ternyata sudah terlebih dulu masuk dan menceritakan tentang keadaan di rumah sakit jiwa yang mereka tinggali.

Hoffman ternyata seorang jurnalis yang sedang meneliti Highland Creek Behavioral Center. Dia mencurigai bahwa sebenarnya keberadaan rumah sakit jiwa itu digunakan untuk menipu perusahaan asuransi. Semakin banyak yang dirawat, maka uang dari perusahaan asuransi juga akan banyak masuk ke rumah sakit jiwa. Saat klaim asuransi menyusut, para pasien akan dinyatakan sudah sembuh dan dilepas.

Suatu hari Sawyer melihat David Strine, penguntitnya dulu. Kini dia menggunakan nama George Shaw. Shaw bekerja sebagai salah satu staf di rumah sakit jiwa. Sawyer langsung meluapkan emosinya yang membuatnya mendapat penanganan lebih keras dengan ditahan serta disuntikan obat penenang. Kejadian itu bukan sekali terjadi, Sawyer ingat betul bagaimana dia hidup dalam ketakutan karena perlakuan David.

Ponsel yang disembunyikan Nate, dipakai Sawyer untuk menelepon ibunya, Angela. Sawyer akhirnya mengakui untuk pertama kalinya pada sang ibu bahwa kondisinya terjadi karena dia diuntit oleh David. David menyuntikan obat pada Sawyer yang mengakibatkan Sawyer mudah marah dan melakukan kekerasan.

Sawyer makin dekat dengan Nate. Sawyer bercerita bahwa David adalah anak dari pasien Alzheimer yang dirawat oleh Sawyer. Sejak ayahnya meninggal, David menjadi terobsesi pada Sawyer. Merasa cemburu pada kedekatan Nate dan Sawyer, David memindahkan Nate ke ruang bawah tanah dan menghabisinya. Bisakah Sawyer meloloskan diri? Bagaimana sebenarnya kondisi kejiwaan Saywer?

Sinematografi Unik

Sinematografi Unik

Unsane mendapat pujian dari para kritikus film karena menyuguhkan pengalaman sinematografi yang unik. Bukan dari bagaimana dari cara kamera mengambil adegan, melainkan dari penggunaan kamera yang digunakan. Alih-alih menggunakan kamera yang memang biasa digunakan untuk syuting film, sang sutradara, Steven Soderbergh memilih mengambil adegan menggunakan iPhone 7 Plus.

Eksperimen yang dilakukan Soderbergh bisa dibilang berhasil. Gambar yang ditampilkan cukup berkualitas. Yang membuat semakin unik adalah rasio gambar yang dipilih yaitu 1.56:1. Rasio tersebut biasanya digunakan dalam film-film lama, tapi Soderbergh melakukannya dengan teknologi yang sudah modern. Sehingga ada percampuran antara penggunaan teknologi modern dengan hasil klasik.

Pengambilan gambar menggunakan iPhone 7 Plus nggak membuat suasana mencekam di film ini menjadi berkurang. Bahkan adegan-adegan mengerikan bisa tetap tertangkap dengan baik. Terlebih visualisasi terperangkap di rumah sakit jiwa terasa jauh lebih bernyawa karena kita seperti menyaksikan secara langsung. Seolah-olah kitalah yang merekamnya dengan ponsel.

Baca juga: Sinopsis & Review Serial Ratched, Kengerian di Rumah Sakit Jiwa

Alur Cerita yang Dikemas dengan Kompleks

Alur Cerita yang Dikemas dengan Kompleks

Secara singkat, Unsane bercerita tentang perjuangn Sawyer meloloskan diri dari David yang sudah menguntitnya selama dua tahun. Dengan berlatar rumah sakit jiwa, formula tersebut memang bukanlah sebuah sajian yang baru. Sudah banyak film-film lain yang menggunakan formula serupa. Tapi Unsane berhasil membuatnya menjadi lebih kompleks.

Kompleksitas cerita dimulai sejak adegan-adegan awal. Sawyer merasa trauma karena diuntit, ketakutan itu masih menghantui dirinya. Berlanjut ke rumah sakit jiwa, David terlihat sebagai antagonis utama dengan melakukan berbagai cara untuk bisa menguasai Sawyer. Angela bahkan sampai polisi nggak mendapat bukti cukup untuk bisa menghentikannya.

Bertubi-tubi diguncang kondisi kejiwaannya, Sawyer yang awalnya mencari jalan aman menghadapi David akhirnya harus mencari cara lain. Kalau dengan jalan yang waras dia selalu gagal, maka dia terpaksa menggunakan cara gila supaya meloloskan diri. Tapi dengan cara itu, dia justru mempertanyakan kewarasan dirinya sendiri. Apakah dia yang sudah berubah menjadi gila juga?

Penampilan Claire Voy sebagai Sawyer

Penampilan Claire Voy sebagai Sawyer

Unsane nggak menampilkan banyak karakter di dalamnya, pun soal tempat yang hanya berkisar di ruangan rumah sakit jiwa serta halamannya. Dengan set yang terbatas, maka yang menjadi andalan adalah kepiawaian para pemainnya dalam menyampaikan cerita. Untungnya, film karya Soderbergh ini memilih keputusan tepat dengan menjadikan Claire Voy sebagai Sawyer.

Voy tampil meyakinkan sebagai wanita yang dihantui trauma. Penampilannya ketika berubah menjadi marah-marah, cenderung melakukan kekerasan dan berubah menjadi lebih keji layak mendapat acungan jempol. Semua perubahan sifat itu bertransisi dengan mulus, didukung oleh alur yang tepat dan Voy melakukannya dengan sangat baik. Ekspresi, gestur dan nada bicaranya yang ikut berubah merupakan indikator sang aktor melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Unsane merupakan tipikal film dengan biaya rendah tapi berhasil memenuhi ekspektasi dari segi cerita dan sinematografi. Dengan durasi yang nggak terlalu panjang yaitu 97 menit, film ini memberi pengalaman menegangkan yang membuat kita nggak mau beranjak dari tempat duduk. Bagi penggemar horror atau thriller yang mengandalkan aspek psikologis, film ini sepertinya masuk jajaran wajib tonton.

Berapa banyak sih film panjang yang direkam menggunakan ponsel? Tentunya nggak banyak, apalagi film ini secara khusus dibuat untuk memberikan nuansa mencekam. Jadi, marilah cari waktu yang tepat untuk menonton. Setelah itu, kamu bisa membagikan pengalaman menariknya ke pembaca lain melalui kolom komentar, teman-teman!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram