showpoiler-logo

Sinopsis & Review Alice in Wonderland: Through the Looking Glass

Ditulis oleh Siti Hasanah
Alice Through the Looking Glass
3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Alice Through the Looking Glass merupakan film petualangan fantasi animasi yang disutradarai oleh James Bobin. Skenario film ini ditulis oleh Linda Woolverton. Jika prekuelnya, Alice in Wonderland 2010, disutradarai oleh Tim Burton, di sekuelnya ini yang bertanggung jawab untuk penyutradaraan adalah James Bobin.

Masih bercerita tentang Alice, sekuelnya mengisahkan Alice sepulang dari petualangannya. Dia dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya tidak lagi jadi kapten Wonder karena kapal tersebut sudah dijual oleh ibunya pada Hamish.

Apakah sekuel Alice Through the Looking Glass ini seseru prekuelnya? Coba baca dulu sinopsis dan review-nya sebelum kamu nonton filmnya ya!

Baca juga: 10 Film Paling Seru Garapan Sutradara & Produser Tim Burton

Sinopsis

Sinopsis

Kelanjutan dari film Alice in Wonderland ini dibuka dengan adegan Alice (Mia Wasikowska) dan kru kapal Wonder yang sedang berada di Selat Malaka. Kapalnya dihadang oleh para bajak laut Melayu. Berkat kecerdikan Alice, mereka akhirnya berhasil meloloskan diri dari kejaran kapal bajak laut.

Sesampainya di London, Alice bertemu dengan ibunya (Lindsay Duncan) dan James Harcourt (Ed Speleers), seorang pegawai perusahaan perdagangan yang menjadi pemilik kapal ayah Alice, Wonder.

James memberitahukan Alice kalau saat dia melakukan perjalanan, Lord Ascot (Tim Pigott-Smith) meninggal dunia dan sekarang perusahaan dipegang oleh Hamish (Leo Bill), anaknya.

Ibunya, Helen, memberitahukan Alice kalau Hamish akan mengadakan pesta malam itu. Meski tak diundang, Alice dan ibunya datang ke pesta itu karena Alice perlu bertemu dengan Hamish untuk membahas tentang perjalanan ke Cina.

Saat Alice muncul di hadapan para tamu, dia mengenakan pakaian dari Cina yang berwarna-warni. Tentu saja ini menimbulkan kehebohan di kalangan para tamu. Mereka mencibir Alice karena mengenakan pakaian tersebut, tapi Alice tidak peduli.

Dia segera menemui Hamish untuk membahas perjalanan yang dia rencanakan tersebut. Namun, ternyata Hamish malah mengabarkan kalau dia bukan lagi kapten kapal dan hanya menjadi seorang sekretaris di perusahaan miliknya.

Alice juga mengetahui fakta yang mengejutkan. Saat dirinya sedang berlayar, Hamish memaksa ibunya menjual rumah agar Alice tetap bisa memiliki Wonder.

Alice berang dan menuduh Hamish balas dendam karena 3 tahun yang lalu dia menolak lamarannya. Mendengar tuduhan Alice, Hamish berkilah kalau dia tidak pantas menjadi kapten karena dia seorang wanita.

Merasa kesal, Alice mencari ibunya dan berdebat soal penjualan kapal. Ibunya berpendapat kalau Alice harus mengikuti standar wanita yang berlaku di masyarakat.

Dia menyuruh Alice untuk berhenti berlayar. Mendengar hal tersebut, Alice langsung menolak pendapat ibunya. Menjadi seperti ibunya adalah hal yang paling dia tidak inginkan. Alice pun langsung melarikan diri ke taman.

Saat sedang termenung di taman, muncullah seekor kupu-kupu yang ternyata adalah temannya, Absolem (Alan Rickman, pengisi suara). Absolem mengajaknya masuk ke sebuah ruangan dan dia dihadapkan pada sebuah kaca besar.

Sesaat dia merasa ragu untuk masuk. Awalnya dia hanya mencoba memasukkan tangannya, tapi saat terdengar suara di luar ruangan yang berusaha membuka pintu, Alice pun langsung naik kursi dan meloncat ke dalam kaca ajaib tersebut. Dia kini berada di dunia Underland. Absolem menyarankan untuk segera menemui teman-temannya.

Alice bertemu Mirana Queen White (Anne Hathaway), Nivins si kelinci putih (Michael Sheen), Tweedledee dan Tweedledum (Matt Lucas), Mallymkun si dormouse (Barbara Windsor), Thackery Earwicket si kelinci paskah (Paul Whitehouse), Bayard si anjing pemburu (Timothy Spall), Chessur si kucing Cheshire (Stephen Fry), dan Bandersnatch (Hal Smith).

Mereka mengabari Alice tentang Tarrant. Tarrant (Johnny Depp) sekarang menjadi lebih gila dibandingkan biasanya. Menurut mereka, Tarrant percaya kalau orang tuanya masih hidup.

Teman-teman Alice pun menyarankan dirinya untuk mengunjungi Tarrant dan membuatnya supaya baik kembali. Begitu melihat Alice, Tarrant terlihat senang sekali.

Dia memberitahu Alice kalau dirinya menemukan topi yang dia berikan pada ayahnya karena itu dia percaya kalau keluarganya masih hidup walaupun seisi kota Witzend telah musnah pada Hari Horunvendush, yaitu hari ketika Red Queen menguasai Underland dengan Jabberwocky-nya.

Tarrant ingin sekali bisa menemukan keluarganya lagi, tapi menurut Alice itu tidak mungkin karena Tarrant sendiri mengatakan padanya kalau keluarganya sudah dibunuh oleh Red Queen.

Alice mencoba membuatnya lebih baik dengan mengatakan kalau dirinya pun kehilangan ayahnya. Sayang, itu tak membuat Tarrant merasa lebih baik. Dia malah mengusir Alice dan mengurung dirinya.

Khawatir akan kesehatan Tarrant, Alice memberi tahu teman-temannya tentang kejadian di rumah Tarrant. Mirana mengajukan ide yang bisa membuat Tarrant bertemu lagi dengan keluarganya, yaitu dengan menghentikan keluarga Hatter dari kematian.

Namun untuk itu Alice harus menemui Time (Sacha Baron Cohen) dan meminta Chronosphere, alat yang bisa membawa dia melakukan time-travel.

Berhasilkah Alice menemui Time dan meminta Chronosphere darinya? Akankah Tarrant bertemu kembali dengan keluarganya?

Ide Feminisme yang Hanya Muncul Sekilas

Ide Feminisme yang Hanya Muncul Sekilas

Di awal cerita, Alice in Wonderland: Through the Looking Glass seperti mencoba mendobrak dengan ide pro feminisnya dengan menjadikan Alice sebagai kapten kapal yang gagah berani mengarungi lautan lepas dan menantang para pembajak.

Dia mengikuti jejak sang ayah yang juga seorang kapten kapal. Alice memimpin sekelompok pria yang menjadi kru kapalnya. Setibanya di London, dia mendapati kenyataan kalau masyarakat belum bisa menerima gagasan seorang wanita menjadi kapten kapal meski dia tetap menolak untuk tunduk.

Tiba-tiba, plot berubah dan Alice kembali ke Underland untuk membantu temannya, Tarrant. Dari situ, fokus Alice pun berbelok. Semua usahanya ditujukan hanya untuk membantu Tarrant.

Alice pun melakukan perjalanan kembali ke masa lalu untuk memecahkan teka-teki mengenai kejadian yang menimpa keluarga Mad Hatter dan akhirnya menyelamatkan temannya.

Barulah di ujung cerita, muncul lagi ide tentang kesetaraan wanita saat ibunya memperbolehkan Alice menjadi apa pun yang dia mau, termasuk menjadi kapten kapal.

Kebohongan Kecil yang Bisa Mengubah Perangai Seseorang

Kebohongan Kecil yang Bisa Mengubah Perangai Seseorang

Jika melihat karakter Mirana atau White Queen yang diperankan oleh Anne Hathaway, penonton pasti percaya dia adalah tokoh yang baik. Sebaliknya saat melihat karakter Iracebeth atau Red Queen yang pemarah, penonton pasti berpikir dia adalah seorang yang jahat.

Semua keyakinan itu pudar saat alur cerita dibawa ke masa lalu dan sebuah fakta mengejutkan tentang Mirana pun terkuak. Mirana membuat sebuah kebohongan yang secara tidak langsung menjadi penyebab untuk perubahan karakter yang terjadi pada Iracabeth.

Perangai jahat Iracabeth ternyata dipicu oleh hatinya yang terluka semasa kecil karena dituduh telah memakan kue tart oleh ibunya.

Ibunya lebih mempercayai Mirana dibandingkan dirinya karena bukti remahan kue yang dibuang Mirana ke bawah tempat tidur Iracabeth. Semenjak itu dia merasa tak ada yang sayang padanya. Kata-kata itu sering dia ucapkan saat marah.

Saat Mirana akhirnya meminta maaf untuk kebohongannya tersebut, Iracabeth merasa lega. Karena ternyata selama ini yang dia tunggu adalah pengakuan dari Mirana.

Setting yang Penuh Warna

Setting yang Penuh Warna

Saat menonton film ini, penonton disuguhi dengan begitu banyak warna. Riasan dan kostum yang berlapis-lapis berfungsi untuk menguatkan efek visual. Namun riasan tokoh Tarrant terlihat mengganggu. Make-up yang bertumpuk-tumpuk itu terasa berlebihan tidak halus.

Setting-nya terlihat begitu mewah dan penuh warna-warni. Salah satu setting yang menarik visualnya adalah Castle of Eternity milik Time.

Warna emas bertolak belakang dengan warna gelap yang hampir menyelubungi seluruh istana. Sementara itu, setting yang lain terasa sekali jadi bahwa itu buatan sehingga sedikit mengurangi efek magisnya.

Film Alice in Wonderland: Through the Looking Glass ternyata banyak menerima kritikan untuk cerita dan karakternya. Menurut sebagian kritikus, ceritanya seperti melenceng terlalu jauh dengan mengubah Alice menjadi tokoh pro feminis. Meski demikian penampilan dan efek visualnya mendapatkan tanggapan yang positif.

Apakah kamu setuju dengan para kritikus film tersebut? Coba share pendapat kamu tentang film ini di kolom komentar.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram