logo web

Sinopsis & Review Civil War, Perjuangan Para Fotojurnalis

Ditulis oleh Gerryaldo
Civil War
3.8
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
ARTIKEL INI ADA VERSI INGGRISNYA!
Jika meng-update artikel ini, WAJIB tulis link-nya di sheet ini

Saat melihat judul Civil War, banyak yang mengira bahwa film ini akan ada hubungannya dengan Avengers atau kisah para pahlawan Marvel. Apabila kalian berpikiran seperti itu maka salah besar, ya! Film Civil War merupakan film tentang perjuangan jurnalis dalam meliput berita tentang perang saudara.

Perang itu menimpa Amerika Serikat dalam masa modern, sehingga kekacauan yang terjadi sangat masif dengan korban yang sangat banyak. Film dengan premis distopia ini disutradarai oleh Alex Garland dan dibintangi oleh Kirsten Dunst, Wagner Moura dan Cailee Spaeny sebagai pemeran utamanya. 

Sinopsis

Civil War_Poster (Copy)

Film dibuka dengan kisah perang saudara antara wilayah Timur dan Barat yang terjadi di seluruh bagian negara Amerika dengan keterlibatan pemerintah federal yang otoriter serta beberapa faksi regional. Kekacauan yang melanda negeri Paman Sam itu sudah sangat kompleks dan tinggal menunggu waktu negara berada dalam status kacau balau.

Presiden yang saat itu menjabat merupakan seorang presiden diktator yang menjalani masa jabatan ketiganya. Dalam sebuah liputan langsung, sang Presiden (Nick Offerman) mengatakan bahwa pemerintah akan memenangkan perang tersebut; menyulut emosi para pihak faksi regional untuk menggulingkannya.

Seluruh peristiwa tersebut diliput oleh banyak media. Salah satu jurnalis  yang turun tangan adalah Lee Smith (Kirsten Dunst). Lee dikenal sebagai fotografer jurnalistik legendaris yang bekerja untuk agensi berita Reuters. Banyak hasil fotonya yang memukau sehingga ia turun tangan dalam peliputan perang saudara.

Selama melakukan pekerjaannya, Lee ditemani oleh rekannya bernama Joel (Wagner Moura). Pada satu kesempatan, keduanya hendak meliput berita di Brooklyn di mana ada kerusuhan dampak perang saudara yang meletus. Di lokasi kerusuhan itu ia bertemu dengan fotografer jurnalis muda bernama Jessie (Cailee Spaeny) yang ceroboh.

Jessie hilang fokus saat memotret sumber berita hingga hampir tewas akibat insiden yang terjadi saat kerusuhan berlangsung. Beruntung Lee dapat menyelamatkannya tepat waktu dan segera memberi peringatan tentang bagaimana seorang fotografer jurnalis seharusnya bekerja. Alih-alih mendengarkan, Jessie malah terkejut melihat Lee.

Jessie merupakan penggemar Lee sejak dulu dan menganggap wanita tersebut sebagai salah satu role model-nya di dunia jurnalistik. Mengagumi Lee, Jessie pun membujuk Joel untuk bisa ikut meliput ke tujuan mereka selanjutnya, Washington D.C., untuk mendapatkan wawancara eksklusif dengan presiden sebelum Amerika benar-benar luluh lantak.

Mendengar bahwa Lee dan Joel hendak pergi ke Washington, jurnalis senior yakni Sammy (Stephen McKinley Henderson) yang bekerja untuk The New York Times juga ingin ikut menumpang sampai ke kota Charlottesville guna meliput berita di sana; sembari memperingatkan bahwa apa yang akan mereka lakukan adalah misi bunuh diri.

Sammy meminta Lee dan Joel untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka, namun Lee bersikukuh untuk tetap pergi dengan anggapan misi tersebut mungkin menjadi berita besar yang diliput Lee untuk terakhir kalinya. Sammy yang kalah suara pun menyerah untuk mencegah Lee dan Joel. Ia hanya meminta keduanya untuk berhati-hati.

Keesokan paginya Joel, Sammy, dan Jessie telah bersiap di dalam mobil untuk berangkat. Betapa terkejutnya Lee melihat Jessie ada bersama dengan mereka. Lee kesal bukan main, lantaran Joel mengizinkannya ikut bersama mereka. Lee khawatir apabila Jessie terluka mengingat medan yang akan ditempuh akan sangat berbahaya.

Meski demikian, Lee tetap mengizinkan Jessie ikut serta ke Washington dengan banyak syarat. Awal yang kikuk membuat perjalanan menjadi sangat hambar. Jessie pun merasa kalau kehadirannya tidak diinginkan, namun ia tetap ingin mengikuti ke mana pun Lee pergi meliput berita. Itu akan menjadi kesempatan dan pengalaman yang baik menurutnya.

Selama dalam perjalanan ke Washington, Jessie dibuat sempoyongan. Grup jurnalis itu banyak menghadapi hal buruk selama melakukan peliputan; seperti pembantaian, baku tembak, menyaksikan warga sipil dan tentara yang tewas bergelimpangan hingga sempat menjadi sandera pasukan loyalis yang kejam.

Mereka bahkan harus kehilangan dua rekan sesama jurnalis dari Hong Kong juga Sammy ketika berusaha melarikan diri dari penyanderaan tersebut. Lee sedih bukan main karena Sammy adalah mantan mentor terbaiknya dulu. Sementara Joel marah bukan main karena dua jurnalis tersebut adalah teman dekatnya.

Show must go on; mereka tidak bisa berlama-lama berduka. Ada pekerjaan yang harus mereka lakukan; dengan semangat yang tersisa, kini Lee, Joel dan Jessie bersama-sama ikut para tentara dari pasukan Barat atau WF (Western Forces) untuk pergi ke Washington D.C. untuk melakukan invasi ke Gedung Putih melawan Presiden.

Selama perjalanan berlangsung, Jessie mulai melakukan aksi pemotretan yang berisiko. Hal itu berkali-kali membuat pasukan tentara merasa terganggu dan Lee serta Joel kewalahan menghentikan Jessie yang ingin mendapatkan hasil foto yang bagus. Padahal saat itu, Lee sedang mengalami episode gangguan stres pasca trauma singkat.

Begitu berhasil melakukan penyerangan dan masuk ke dalam Gedung Putih, baku tembak pun terjadi antara tentara Barat dengan Pasukan Pengamanan Presiden. Lee merasa terlalu bingar bahkan hingga tidak bisa mengambil gambar, sementara Jessie terus mendesak maju bersama para pasukan WF, membahayakan dirinya sendiri.

Apa yang ditakutkan Lee pun terjadi, Jessie mencoba untuk selangkah lebih maju dari pada pasukan WF yang sedang baku tembak hingga dirinya menjadi target bidik dari Pasukan Pengamanan Presiden. Lee yang melihat hal itu segera melindungi Jessie dan mengakibatkan dirinya tewas tertembak meninggalkan Jessie yang mengalami shock berat.

Meski demikian, Jessie segera kembali bangkit dan kembali bergabung dengan pasukan WF bersama Joel untuk mengepung presiden di Ruang Oval Gedung Putih. Saat tertangkap, presiden memohon belas kasihan pada pasukan WF dan Joel yang ingin mengutip kalimat terakhir darinya.

Presiden pun mengatakan "Jangan biarkan mereka membunuhku" sebelum akhirnya tewas ditembak oleh pasukan WF. Itulah kutipan akhir dari presiden yang Joel inginkan untuk dijadikan bahan berita. Jessie yang menyaksikan hal tersebut lantas mengambil foto saat para pasukan WF tersenyum berpose bersama mayat sang presiden.

Kehidupan Jurnalis di Lapangan

Civil War_Kirsten Dunst (Copy)

Para jurnalis pasti akan sangat suka dengan film karya Alex Garland ini. Alex mampu memperlihatkan bagaimana situasi yang harus dihadapi para jurnalis ketika meliput berita mengenai perang; begitu traumatis dan mengerikan. Hal itu harus dihadapi oleh para jurnalis setiap hari di mana kematian bisa saja menimpa mereka sewaktu-waktu.

Penggambaran tentang jurnalis itu dibawakan dengan sangat baik oleh para pemain; Kirsten Dunst khususnya. Ia mampu menjadi fotografer kelas kakap yang tidak takut akan apa pun. Bersama rekannya, ia menghadapi banyak hal dan tak bergeming, meski ya pada akhirnya tokoh Lee yang diperankan Kirsten Dunst harus mengalami stress.

Jessie si Beban Hidup

Civil War_Jessie (Copy)

Entah mengapa begitu Jessie hadir dalam cerita film ini, saya sudah menduga bahwa gadis muda tersebut akan membawa banyak masalah; dan benar saja, Jessie menjadi beban besar bagi grup jurnalis Lee dan kawan-kawan. Tingkahnya yang kadang sok tahu dan penasaran akan banyak hal menjerumuskan semua orang dalam bahaya.

Bahkan ia adalah alasan kenapa dua rekan Joel dibunuh oleh pasukan loyalis, dan tewasnya Sammy yang tertembak ketika berusaha menyelamatkan Jessie. Gong-nya berada di akhir cerita di mana ia adalah alasan sampai Lee tewas; karena lagi-lagi mau menyelamatkan Jessie yang ceroboh dan bagaimana ya menjelaskannya? Terlalu bodoh?

Penggambaran Perang Saudara Era Modern

Civil War_Modern (Copy)

Kejadian perang saudara di Amerika Serikat sebenarnya pernah benar terjadi selama tahun 1861 hingga tahun 1865 antara negara bagian Utara dan Selatan. Hal ini berdampak besar pada banyak sektor sehingga membuat Amerika lumpuh. Mungkin hal ini yang menginspirasi Alex Garland dan rumah produksi A24 dalam membuat film tersebut.

Meski ya masalahnya tidak sama persis; mengingat civil war yang terjadi pada tahun 1860-an itu terjadi akibat keinginan wilayah Amerika Serikat bagian utara menghapuskan perbudakan; sedangkan dalam film ini penyebabnya adalah kepresidenan tiga periode Offerman yang korup dan pemerintah mengingkari kesetiaannya pada Konstitusi Amerika Serikat.

Secara garis besar film ini cukup seru untuk disaksikan. Semuanya diceritakan dengan lumayan jelas sehingga penonton bisa mengikuti alurnya tanpa kebingungan; meski kadang di tengah-tengah film ada drama yang sedikit membuat kita bosan. Untuk urusan visual dan sound, Civil War juara sih, 3.8/5 dari Showpoiler!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram