10 Film Jepang Terbaru yang Wajib Ditonton di Tahun 2024

Ryosuke Yoshii bekerja di sebuah pabrik kecil sembari menjalankan bisnis reseller untuk menambah penghasilan. Meski seniornya mendorongnya untuk mengambil pekerjaan lain agar mendapat keuntungan lebih besar, Yoshii memilih tetap berada di jalur yang sekarang.

Suatu hari, bosnya menawarkan posisi manajerial, tetapi Yoshii menolak tawaran tersebut dan memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Bersama kekasihnya, Akiko, ia malah memutuskan untuk pindah ke sebuah rumah di tepi danau untuk memulai kehidupan baru.

Meski begitu, bisnis resale-nya, mulai berkembang. Yoshii bahkan sampai bisa mempekerjakan seorang pemuda lokal untuk membantu operasionalnya. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama, terutama ketika sebuah kelompok misterius menjadikan Yoshii sebagai target dalam "permainan perburuan" yang mematikan. Dalam sekejap, kehidupan damai Yoshii pun terusik.

Jepang dikenal aktif menyampaikan social commetary melalui beragam karya seninya, mulai dari film, drama, lukisan, lagu, hingga bentuk seni lainnya. Salah satu contoh yang menonjol adalah Last Mile, film garapan Syuko Tsukahara yang dengan tajam mengkritik eksploitasi yang dilakukan oleh para retailer online besar terhadap perusahaan logistik di Jepang.

Kisahnya dimulai pada bulan November, tepat sebelum Black Friday, salah satu momen belanja terbesar. Sebuah kotak kardus yang dikirim dari situs belanja global tiba-tiba meledak, memicu serangkaian insiden pemboman misterius yang menciptakan ketakutan di seluruh Jepang.

Erena Funato (Hikari Mitsushima), manajer baru di sebuah gudang logistik besar, bersama Ko Nashimoto (Masao Okada), manajer tim, berusaha mengendalikan situasi yang kacau ini. Mereka berdua juga bekerja sama menggunakan berbagai taktik cerdas untuk mengungkap identitas pelaku di balik pemboman tersebut.

Manga dan anime populer Blue Period akhirnya diadaptasi menjadi film live-action yang dirilis pada tahun 2024, dengan Gordon Maeda memerankan Yaguchi “Yato” Yatora, karakter utama dalam cerita.

Yato adalah siswa SMA yang pintar dan disukai banyak orang, tapi merasa hidupnya hampa dan tanpa tujuan. Namun, setelah mengerjakan tugas melukis di mata pelajaran seni, gairah hidupnya yang lama padam tiba-tiba kembali menyala.

Untuk pertama kalinya, minat Yato yang terkubur muncul. Ia bahkan bertekad untuk masuk ke Universitas Seni Tokyo, yang memiliki persaingan ketat dengan rasio 200:1. Yato pun bergabung dengan klub melukis di sekolahnya, menciptakan banyak karya indah, dan terus melatih kemampuannya agar bisa diterima di perguruan tinggi impiannya.

Namun, Yato menghadapi banyak tantangan, mulai dari rekan-rekannya yang berbakat, kurangnya pemahaman tentang seni rupa, hingga perjuangan mendapatkan persetujuan orang tuanya.

War of the Announcers the Movie diadaptasi dari kisah nyata, menggambarkan perjuangan dan konflik yang dialami oleh penyiar radio selama masa perang. War of the Announcers the Movie menyoroti peran mereka dalam propaganda dan hubungan rumit antara penyiaran dan perang.

Bagi rakyat Jepang, Perang Pasifik dimulai dengan pengumuman di radio dan diakhiri dengan siaran penyerahan diri Kaisar. Dua penyiar, Nobutaka Wada (Go Morita) dan Morio Tateno (Kengo Kora), terlibat dalam kedua peristiwa penting tersebut.

Pada 8 Desember 1941, Nobutaka menerima laporan pertama tentang perang dari Staf Kekaisaran, yang kemudian dibacakan oleh Morio dengan suara lantang. Hal ini pun membangkitkan semangat rakyat Jepang. Sejak saat itu, Nobutaka dan Morio terus melaporkan kemenangan awal perang, yang menguatkan semangat juang publik.

Namun, seiring berjalannya waktu dan situasi perang yang semakin memburuk, Nobutaka mulai meragukan kebenaran laporan-laporan dari Staf Kekaisaran. Prasangka ini pun memicu pertengkaran dengan Morio. Nobutaka menghadapi dilema besar saat harus membacakan berita yang tidak lagi dipercayainya.

Selama di SMA, Yamato, Eijiro, Ken, Riku, Yugo, dan Joji adalah sahabat dalam tim atletik. Mereka bahkan memakai gelang yang serasi sebagai simbol persahabatan. Meski setelah lulus menjalani kehidupan masing-masing, mereka dipertemukan kembali ketika diundang untuk bergabung dengan kelompok Runaway.

Kelompok ini akan berpartisipasi dalam perlombaan "Run for Money– Mission in Tokyo" untuk memperebutkan hadiah 100 juta yen dengan mengalahkan semua peserta lain. Keenam sahabat itu pun setuju untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Namun, kompetisi ini ternyata jauh lebih sulit dari yang mereka bayangkan. Perusahaan yang mengadakan perlombaan, Kronos, memilih mastergame baru yang membuat permainan menjadi lebih sulit, bahkan berbahaya.

Selama menjalani misi, para peserta akan dikejar oleh pemburu. Ketika salah satu dari mereka tertangkap, mereka akan menghilang ditelan bayangan misterius. Perlombaan yang seharusnya menyenangkan pun berubah menjadi permainan mematikan.

Di Kyoto, menjelang akhir periode Edo, samurai Takasaka Shinzaemon diberi misi rahasia untuk membunuh seorang samurai dari klan Choshu. Saat hampir melaksanakan tugasnya, petir menyambarnya hingga tak sadarkan diri. Ketika tersadar, Shinzaemon mendapati dirinya berada di studio TV modern yang sedang melakukan syuting drama berlatar periode Edo.

Selain kaget dengan kenyataan bahwa Keshogunan Edo telah runtuh 140 tahun yang lalu, Shinzaemon juga mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan dunia baru ini. Awalnya, ia merasa putus asa dan ingin menyerah, tetapi berkat bantuan orang-orang baik di sekitarnya, semangat hidupnya perlahan kembali.

Shinzaemon pun memutuskan untuk memanfaatkan keterampilan pedangnya dalam menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai samurai dalam acara TV tersebut, meskipun peran itu mengharuskannya mengalami akhir yang tragis.

Asai Keisuke dan Ryu Ji Yong berada di klub pendakian gunung yang sama di universitas. Meskipun sudah 16 tahun sejak mereka lulus, mereka masih berteman baik. Mereka memutuskan untuk mendaki gunung bersama untuk mengenang teman mereka, Nishida Sayuri, yang meninggal dalam kecelakaan pendakian 16 tahun yang lalu.

Selama pendakian, mereka terjebak dalam badai salju dan tersesat di tengah cuaca buruk. Ji Yong terluka dan mulai berpikir bahwa ia akan gagal mencapai puncak.

Keisuke pun mencoba menyemangati Ji Yong untuk tidak menyerah. Untungnya mereka menemukan sebuah gubuk di gunung dimana mereka bisa berteduh sementara. Namun, di sinilah keanehan dimulai. Ji Yong tiba-tiba mengungkapkan sebuah rahasia pada Keisuke. Dan sejak itu, perilaku Ji Yong menjadi sangat aneh. Ia bahkan beberapa kali berusaha melukai Keisuke.

Film ini merupakan live-action dari seri manga populer karangan Nobuyuki Fukamoto yang terbit di tahun 1998. Pada tahun 2024, studio Gaga Corporation tertarik untuk memproduksi film ini lewat tangan Nobuhiro Yamashita selaku sutradaranya.