logo web

Sinopsis & Review Film Carol, tentang Cinta dan Rintangannya

Ditulis oleh Aditya Putra
Carol
3.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika seseorang jatuh cinta, kita bisa merasakan aura kebahagiaan dari raut wajah serta berbagai gerak-geriknya. Momen jatuh cinta selalu terasa menyenangkan.

Rasanya, ada banyak sekali hal-hal sepele yang bikin bahagia. Seseorang yang jatuh cinta bisa bahagia seharian cuma karena satu senyuman kecil di pagi hari.

Jatuh cinta seringkali membuat kita jadi nggak logis. Kalau melihat kenyataan, jatuh cinta nggak selamanya berjalan dengan mulus. Banyak orang yang terjebak dalam problematika rumit karena percintaan.

Film Carol bercerita tentang dua orang yang saling mencintai tapi harus menghadapi halangan. Halangan seperti apa yang harus mereka hadapi? Simak sinopsis dan review filmnya.

Baca juga: Daftar Film Romantis Terbaik Sepanjang Masa

Sinopsis

Sinopsis

Therese Belivet adalah perempuan yang punya keinginan menjadi fotografer sukses. Menjelang malam Natal tahun 1952, dia bekerja di sebuah supermarket bernama Frankenberg di Manhattan.

Dia bertemu dengan seorang wanita bernama Carol Aird. Carol sedang mencari boneka sebagai hadiah untuk anak perempuannya, Rindy. Therese memberikan rekomendasi tapi Carol memilih membeli mainan kereta api.

Carol meninggalkan sarung tangannya di counter Frankenberg dan pulang ke rumahnya. Therese mengirimkan sarung tangan Carol ke alamat yang tertulis di nota pembelian mainan. Pacar Therese, Richard, mengajak Therese untuk pergi ke Perancis.

Richard berharap akan segera menikah dengan Therese. Therese bisa merasakan hal tersebut. Maka dari itu, dia menolak ajakan Richard.

Therese diundang oleh temannya, Dannie, untuk datang ke kantor New York Times. Dannie memang bekerja di tabloid. Dannie berniat memperkenalkan Therese pada seorang temannya yang bekerja sebagai editor foto.

Sementara itu, Carol tengah mengalami masa-masa sulit. Saat itu Carol sedang dalam proses cerai dengan suaminya, Harge.

Carol menghubungi Frankenberg untuk mengucapkan terima kasih sudah mengirim sarung tangan miliknya ke rumah. Dia berhasil berbicara dengan Therese.

Carol mengajak Therese untuk pergi makan siang bersama. Therese menemui Dannie. Dannie tiba-tiba mengajak Therese berciuman. Therese menolak ajakan Danny kemudian pergi.

Carol mengajak Therese ke rumahnya di New Jersey. Di perjalanan, Carol berhenti untuk membeli pohon Natal. Sementara itu Therese diam-diam memfoto Carol. Harge tiba di rumah Carol untuk membawa Rindy liburan ke Florida.

Dia curiga dengan kehadiran Therese karena Carol pernah menjalin asmara dengan perempuan bernama Abby sebelumnya. Therese pun menyaksikan Carol dan Harge beradu argumen.

Carol menelepon Therese untuk meminta maaf. Dia kemudian mendatangi apartemen milik Therese dengan membawa hadiah kejutan berupa kamera. Carol menyadari bahwa Harge mencoba melemahkan posisinya dalam memenangkan hak asuh Rindy.

Harge mengancam akan menyebarkan cerita cinta sesama jenis yang dilakukan Carol apabila Carol nggak mau memberinya hak asuh.

Carol berniat melakukan road trip untuk mengobati kesedihannya. Dia mengajak Therese untuk ikut. Richard menuduh Therese jatuh cinta pada Carol. Richard mengingatkan Therese bahwa Carol nggak lama lagi akan bosan pada Therese.

Richard dan Therese bertengkar sampai memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Therese pun menyetujui ajakan Carol untuk pergi road trip.

Pada malam kedua di perjalanan, Carol dan Therese bertemu dengan Tommy Tucker yang mengaku sebagai salesman.

Pada pagi hari di tahun baru, Carol dan Therese menemukan fakta bahwa Tommy sebenarnya adalah detektif yang disewa Hager untuk mengumpulkan bukti kesalahan Carol.

Harge berniat menjatuhkan Carol di pengadilan supaya memenangkan hak asuh atas Rindy. Mana yang akan dipilih Carol, Therese atau hak asuh Rindy?

Pengemasan Konflik Cinta yang Berbeda

Pengemasan Konflik Cinta yang Berbeda

Secara sekilas, film Carol nggak menawarkan sesuatu yang baru selain masalah cinta yang terhalang. Halangan yang ada pun sudah sering diangkat dalam film-film lain yaitu orientasi seksual sesama jenis dan perebutan hak asuh anak.

Kisah cinta Carol dan Therese terkesan klise, tapi cara film ini bercerita membuatnya menjadi sesuatu yang menarik.

Keunggulan dari film garapan Todd Haynes ini adalah caranya membangun emosi dan menempatkannya di momen-momen yang tepat. Perjalanan Cinta Carol dan Therese dibuat begitu halus, sunyi, tapi dalam.

Dimulai dari latar belakang keduanya yang jauh dari stereotip pencinta sesama jenis. Carol seorang istri dan ibu, sementara Therese pun punya kekasih pria.

Pertemuan pertama mereka sangat masuk akal, nggak ada kesan memaksa sama sekali. Begitu juga dengan pertemuan-pertemuan mereka selanjutnya.

Dialog yang mereka keluarkan pun begitu sederhana, nggak ada rayuan yang pretensius. Dialog hanya berisi percakapan biasa antara dua orang yang ingin saling mengenal satu sama lain.

Adegan intim dibuat sangat minim. Tanda untuk mengungkapkan cinta seringkali disimbolkan dengan adanya sentuhan fisik. Dalam film ini, Carol dan Therese nggak banyak bersentuhan secara fisik.

Kebanyakan, mereka hanya saling bercerita. Sebagai penonton, kita bisa menangkap keintiman ketika mereka saling bercerita.

Therese mengagumi Carol dengan cara yang unik. Dia akan memfoto diam-diam atau menatap dalam-dalam mata Carol. Sementara Carol bercerita, Therese akan mendengarkan.

Sebaliknya, Carol akan mendengarkan kalau Therese sedang bercerita. Dari momen-momen itu, kita bisa menangkap kalau semakin hari perasaan keduanya juga semakin tumbuh.

Visualisasi 50-an yang Maksimal

Visualisasi 50-an yang Maksimal

Cerita di film Carol berlatar di tahun 1952. Pada masa itu, cinta sesama jenis masih menjadi hal yang tabu di Amerika. Hasilnya plot terasa berat, rumit dan dalam.

Visualisasi tahun 50-an dieksekusi dengan maksimal untuk menguatkan cerita. Teknik pewarnaan, gaya berpakaian, sampai dialog antar karakternya benar-benar berhasil untuk menyajikan nuansa tahun 50-an.

Secara sinematografi, film ini berhasil memotret berbagai elemen tahun 50-an itu dengan pintar. Teknik wide shot sering dikombinasikan dengan mid shot untuk merekam lokasi pertemuan Carol dan Therese.

Sedangkan close-up diaplikasikan untuk merekam ekspresi Carol dan Therese. Film ini banyak mengandalkan dialog dan ekspresi keduanya dalam menggerakkan plot.

Chemistry Cate Blanchett dan Rooney Mara

Carol 2015

Carol berhasil menjadi film yang menguras emosi karena Cate Blanchett dan Rooney Mara berhasil menampilkan chemistry yang kuat. Karakter Carol dan Therese pun diberi pendalaman yang sama solidnya.

Hasilnya adegan yang menampilkan keduanya terasa sangat hidup. Kesan bahwa mereka mencintai satu sama lain bisa tergambar dari segala gerak-gerik mereka.

Cate Blanchett menunjukkan kepiawaiannya dalam berakting. Aktor asal Australia itu sukses memenuhi ekspektasi untuk masuk ke dalam karakter Carol.

Tapi Rooney Mara sepertinya lebih menonjol dalam menjadi Therese. Pasalnya, Therese lebih kompleks dengan kebingungan orientasi seksual dan hubungan percintaannya.

Bukan tugas mudah untuk mengemas formula yang sering dipakai menjadi cerita yang menarik dan sarat akan emosi. Film Carol berhasil melakukannya dalam durasi 118 menit.

Kalau kamu butuh tontonan akhir pekan yang ringan tapi dalam, film ini layak dipertimbangkan. Punya rekomendasi film lain? Mari tulis judulnya di kolom komentar ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram